Pria yang akrab disebut Presiden Gen Z ini lantas mengungkap cara menyaring informasi untuk konten media sosial menggunakan prinsip filsuf Yunani, yakni Socrates. Filsuf tersebut memiliki prinsip truthfullness, goodfullness, dan usefullness.
“Cek kebenarannya, cek kebaikannya, dan cek kebermanfaatannya. Kalau tidak sesuai dengan ketiga hal itu, ngapain di-share?,” jelas Rian.
Rian mengakui pernah terperdaya dan membagikan konten negatif di sosial media. “Selalu sadar dengan pikiran meragukan informasi biarpun itu dibagi oleh akun-akun yang pengikutnya jutaan atau centang biru,” kata Rian.
Ia mengajak masyarakat terutama generasi muda untuk membatasi diri dengan meragukan semua informasi yang disebar melalui media sosial agar terhindar dari hoaks.
Rian mengajak Gen Z untuk jadi penggagas yang menyebarkan narasi atau informasi yang bermutu.
“Jangan jadi penerima informasi saja, sekadar jadi penonton, lalu cuma komentar. Bikin juga konten yang positif,” kata Rian.
Selalu cek kebenaran informasi
Lebih lanjut, Meyzi menambahkan, tahapan terpenting adalah verifikasi kebenaran berita atau hoaks yaitu dengan mengecek validitas situs atau website yang membuat atau menyebarkan berita tersebut.
“Cek dulu tepercaya atau tidak. Terlebih, sekarang untuk cek keaslian sebuah konten digital, seperti foto dan video, sudah tersedia aplikasinya. Curigai juga judul-judul yang provokatif," saran Meyzi.
Meyzi mengungkap data dari Kemenkominfo terkini terdapat 34.000 situs berita di mana hanya 10 persen atau 300 situs yang layak dipercaya.
Maka dari itu, menurut Meyzi, menghadapi tahun politik ini, generasi muda diharapkan selalu berhati-hati terhadap konten-kenten yang provokatif.
Forum Literasi Demokrasi ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mendukung terwujudnya Pemilu Damai 2024. Kegiatan serupa telah dilaksanakan di Padang dan Pekanbaru, yang akan dilanjutkan di kota Denpasar, Manokwari, dan Yogyakarta.
Penulis | : | Sheila Respati |
Editor | : | Sheila Respati |