Grid.ID - Heboh dokter kandungan nekat suntikkan sperma ke para pasiennya.
Suntikkan sperma ke para pasien, dokter kandungan ini sampai miliki 102 anak biologis.
Tentu saja aksi dokter kandungan itu dianggap sebagai tindak kejahatan.
Lantas bagaimana kisahnya?
Dilansir dari Tribuntrends.com, kisah mengejutkan ini mulanya dibongkar oleh seorang pria Belanda bernama Martij van Halen.
Martij van Halen awalnya menyadari dirinya sangat berbeda dengan ayahnya.
Dari kebiasaan hingga wajahnya benar-benar berbeda dari sang ayah yang membesarkannya sejak kecil.
Setelah ditelusuri, pria Belanda ini merupakan putra seorang dokter kandungan.
Di mana, dokter kandungan itu menyuntikkan sperma ke tubuh ibunya.
Berita yang dilansir dari eva.vn pada Jumat (8/12/2023) mengungkapkan bahwa Jan Karbaat, seorang dokter kandungan terkenal asal Belanda, telah terlibat dalam tindakan kriminal yang sangat kontroversial.
Praktik kejahatan tersebut melibatkan penggunaan spermanya untuk menghamili pasiennya di klinik IVF yang dimilikinya di Rotterdam, Belanda.
Dampak dari perbuatan Jan Karbaat ini menjadi nyata ketika seorang pria bernama Martij menemukan bahwa ada 102 orang dengan DNA yang identik dengan dirinya, menjadikan mereka saudara-saudara kandung.
Hasil tes DNA yang dilakukan oleh 102 individu tersebut membenarkan temuan Martij, dan diperkirakan jumlah saudara-saudaranya masih bisa bertambah.
Menurut keterangan Martij yang dikutip dari eva.vn, baru-baru ini ia dihubungi oleh seorang gadis berusia 19 tahun yang menyatakan memiliki DNA yang sejajar dengan dirinya.
Martij sendiri baru mengetahui bahwa ia bukan anak kandung ayahnya sejak 10 tahun lalu, meskipun awalnya orangtuanya berencana mengungkapkan fakta tersebut saat Martij berusia 18 tahun.
Pembongkaran rahasia tersebut terpaksa dilakukan lebih awal karena kematian ibu Martij dalam kecelakaan saat ia berusia 16 tahun.
Meskipun orangtua Martij merasa dibohongi oleh dokter, Martij sendiri mengaku tidak terlalu kaget dengan kenyataan tersebut.
Ia menerima fakta bahwa dokter telah bertindak tidak etis, tetapi mencoba melihat sisi positif dengan merasa memiliki gen yang kuat.
Martij, seorang ayah dua anak, menjelaskan bahwa ia dan ratusan saudara-saudaranya memiliki banyak kesamaan dalam berbagai aspek, mulai dari penampilan hingga minat.
Hampir seluruh saudara-saudara Martij menunjukkan kecerdasan otak dan memiliki profesi yang mentereng, termasuk menjadi dokter atau anggota direksi perusahaan besar.
Saat ini, Martij dan ratusan saudaranya telah terhubung melalui grup WhatsApp (WA), di mana mereka terkadang membahas motif di balik tindakan kriminal Jan Karbaat.
Diskusi mereka mencakup pertanyaan apakah kejahatan ini dilakukan karena kurangnya teknologi pembekuan sperma pada masa lalu atau mungkin karena keinginan besar untuk mendapatkan keuntungan finansial.
Sekarang, setelah mengetahui identitas aslinya, Martij merasa khawatir akan masa depan kedua putrinya.
Ia berusaha menyampaikan informasi ini kepada mereka sejak dini dan meminta agar mereka berhati-hati, mengingat kemungkinan mereka menikah dengan individu yang memiliki garis keturunan yang sama.
Kisah Lainnya: Sudah Punya 550 Anak, Pria Belanda Ini Dilarang Sumbang Sperma Lagi
Pada Jumat (28/4/2023), seorang hakim di Belanda memutuskan untuk menghentikan seorang pria dari aktivitas donasi spermanya setelah diduga bahwa ia telah menjadi ayah bagi 550 anak di berbagai belahan dunia melalui praktik tersebut.
Individu berusia 41 tahun ini dikenal di media Belanda dengan nama "Jonathan M." dan dihadapkan ke pengadilan setelah Yayasan Donorkind, organisasi yang memperjuangkan hak-hak anak-anak donor, bersama ibu dari salah satu anak yang diyakini merupakan hasil dari donasi spermanya, mengambil langkah hukum.
Berdasarkan regulasi di Belanda, seorang pria hanya diizinkan mendonasikan sperma untuk kelahiran 25 bayi atau maksimal 12 keluarga.
Meski demikian, hakim mengungkapkan bahwa Jonathan M. telah berkontribusi dalam pembentukan 550 hingga 600 anak sejak memulai praktik donasi sperma pada tahun 2007.
"Oleh karena itu, pengadilan melarang terdakwa untuk menyumbangkan spermanya kepada calon orang tua baru setelah putusan ini dikeluarkan," kata hakim Thera Hesselink dilansir dari Kompas.com.
"Jonathan M. juga tidak boleh menghubungi calon orang tua mana pun dengan maksud dia bersedia menyumbangkan sperma, mengiklankan jasanya kepada calon orang tua atau bergabung dengan organisasi apa pun yang menjalin kontak antara calon orang tua," kata Hesselink dalam putusan tertulis.
Apabila Jonathan M. terus melanjutkan prakteknya, risikonya adalah dikenai denda sebesar 100.000 euro (sekitar 110.000 dollar AS) untuk setiap pelanggaran yang dilakukannya.
Lebih dari 100 anak, hasil dari donasi sperma Jonathan M., lahir di klinik di Belanda, sedangkan yang lainnya dilakukan secara pribadi.
Namun, terungkap bahwa ia juga memberikan sumbangan sperma ke klinik Cryos di Denmark, yang kemudian mengirimkan sampelnya ke berbagai negara melalui pos pribadi.
Pengadilan Belanda menyimpulkan bahwa tindakan ini dapat memiliki atau sudah memiliki dampak psikososial negatif bagi anak-anak.
Dampak tersebut melibatkan masalah psikologis terkait identitas dan ketakutan terhadap risiko inses.
"Oleh karena itu demi kepentingan mereka jaringan kekerabatan ini tidak diperpanjang lagi," kata pernyataan itu. Kasus ini adalah yang terbaru dari serangkaian skandal kesuburan yang melanda Belanda.
(*)
Viral, Pembeli Curhat Disuruh Bayar Biaya Pakai Sendok dan Garpu Saat Makan di Warung Mie Ayam, Nota Ini Jadi Buktinya
Source | : | KOMPAS.com,TribunTrends.com |
Penulis | : | Widy Hastuti Chasanah |
Editor | : | Widy Hastuti Chasanah |