Menurut Diego, awalnya ayahnya meragukan keputusannya.
“Sempat juga (yakinin Darius). Papa awalnya rada-rada ragu. Akunya sudah siap apa belum, tapi untung bisa ngeyakininnya,” kata Diego di kawasan Senayan, Selasa (1/3/2022).
Darius membenarkan hal tersebut. Darius menyatakan bahwa ia terus menguji anaknya untuk membangun kepercayaan diri.
Ia khawatir bahwa mental anaknya belum cukup siap ketika tiba di Paris.
“Kita tes terus. Kan yang kita takut pas berangkat mentalnya belum siap akhirnya enggak fokus di bolanya jadinya problem kan. Jadi benar-benar sampai anaknya siap. Kita percaya anaknya bisa dilepas,” ucap Darius.
“Kebetulan ada kakaknya di sana sudah punya pengalaman selama 10 bulan pertama (di Paris),” lanjut Darius.
Darius mengaku berharap agar anaknya bisa menjadi anggota tim sepak bola di Eropa.
Selain itu, sekolah sepak bola di Prancis yang menjadi pilihan anaknya memiliki jaringan yang luas dengan klub-klub teratas di Eropa.
“Ya penginnya begitu (menjadi pemain Eropa), tapi kan persaingannya ketat ya, dan memang kalau di akedemi yang anak-anak ikuti mereka memang punya network di klub-klub Eropa, di Perancis, Swiss, Itali, jadi kesempatan mereka di scouting sama talent scout di sana lebih besar," kata Darius.
Sebagai orang tua, Darius hanya bisa berdoa agar anak-anaknya bisa berlatih dengan baik dan mencapai tujuannya.
“Jadi elite players ya mesti dedikasi yang tinggi. Tapi ya kita selalu mendoakan, dan kita percaya anak-anak dapat tempat yang tepat, punya mental, keinginan, punya presistensi yang bagus. Ya kita doakan yang baik,” tutur Darius.
(*)
Source | : | Kompas.com,TribunStyle.com |
Penulis | : | Fidiah Nuzul Aini |
Editor | : | Fidiah Nuzul Aini |