• Terapi
Berikutnya, ada beberapa terapi yang dapat dianjurkan oleh dokter untuk menangani penyakit Parkinson, yaitu:
a. Fisioterapi: Bertujuan untuk membantu mengatasi kaku otot dan nyeri di sendi sehingga meningkatkan kemampuan gerak dan kelenturan tubuh.
Fisioterapi juga bertujuan untuk meningkatkan stamina dan kemampuan pasien dalam beraktivitas sehari-hari secara mandiri.
b. Terapi Wicara: Dapat dianjurkan oleh dokter bila pasien kesulitan berbicara dan menelan air liur atau makanan.
Biasanya dokter akan melatih pasien berbicara (berlatih vokal) dan pernapasan.
c. Psikoterapi: Pada pasien yang juga mengalami depresi atau stres yang sering dialami oleh penderita Parkinson, dokter akan menganjurkan untuk menjalani terapi dengan psikolog.
d. Terapi Okupasi: Terapi okupasi dapat membantu meningkatkan kemampuan penderita Parkinson dalam menjalani aktivitas sehari-hari dengan mandiri seperti mandi, berpakaian, berjalan, dan aktivitas keseharian lainnya.
Tujuan terapi ini adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kemandirian hidup pasien agar sebisa mungkin tetap bisa mandiri tanpa bergantung kepada orang lain.
Penggunaan Teknologi untuk Membantu Penderita Parkinson
“Saat ini sudah menjadi sebuah tren penggunaan wearable device seperti jam tangan yang dapat digunakan untuk membantu dalam mengatur kebutuhan seseorang dalam sehari-hari,” ujar dr. Frandy.
Penggunaan jam tangan misalnya, dapat digunakan untuk mengontrol waktu tidur kita agar cukup untuk beristirahat, reminder dalam jadwal konsumsi obat, kinatometer yang dapat digunakan untuk menghitung seberapa banyak getaran yang dimiliki untuk membantu dalam kontrol keseharian penderita Parkinson.
Selain penggunaan wearable device, dr. Frandy juga menjelaskan sedikit mengenai Deep Brain Stimulation (DBS) yang memiliki fungsi utama untuk mencegah penderita Parkinson menjadi semakin parah.
Menurut dr. Frandy, penggunaan DBS dilakukan tahap awal seseorang menderita Parkinson agar penyakit tersebut tidak bertambah parah dan mencapai maksimal benefit dari alat tersebut.
“Jika DBS dilakukan pada pasien tingkat lanjut Parkinson, terdapat risiko tinggi dalam operasi, kualitas hidup pasien juga sudah menurun (tidak bisa bergerak, tidak bisa menelan),” tambah dr. Frandy.
Lebih lanjut lagi, dr. Frandy menjelaskan bahwa terdapat 3 (tiga) tujuan DBS yang perlu diketahui, yaitu:
a. Mengurangi komplikasi motorik: Ketika pasien sudah mengalami susah bergerak atau menggunakan motoriknya, DBS bisa menjadi opsi solusi agar efek komplikasi motorik akibat Parkinson berkurang.
b. Mengurangi dosis obat yang dikonsumsi: Seseorang yang menderita Parkinson tentunya memiliki obat-obatan yang rutin untuk dikonsumsi. Penggunaan obat-obatan dengan dosis tertentu dapat mengakibatkan efek samping bagi pasien, sehingga dengan adanya DBS diharapkan penggunaan obat-obatan dapat berkurang.
c. Mengatasi tremor: Salah satu ciri penderita Parkinson adalah tremor meskipun tidak semua tremor mengarah ke penyakit Parkinson. Dengan dipasangnya DBS, pasien Parkinson dapat mengatasi tremor sehingga kualitas hidup bisa lebih baik.
Pada umumnya, perawatan Parkinson memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan kerja sama antara dokter, terapis fisik, terapis okupasi, serta tim medis yang komprehensif.
Setiap pasien Parkinson memiliki kebutuhan khusus, maka itu penting untuk berkonsultasi dengan dokter yang memiliki spesialisasi dalam pengobatan Parkinson untuk menentukan strategi pengobatan yang terbaik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing pasien.
(*)
Tangis Nunung Pecah saat Singgung Soal Kariernya di Dunia Hiburan, Sebut Perannya Kini Sudah Tergantikan
Penulis | : | Dianita Anggraeni |
Editor | : | Dianita Anggraeni |