Selama menjadi pangeran mahkota, Salman dikenal dengan kedermawanannya terhadap negara-negara Muslim yang miskin, seperti Somalia, Sudan, Bangladesh, dan Afghanistan.
Hingga akhirnya pada 23 Januari 2015, saat berusia 79 tahun, Pangeran Salman resmi naik takhta, menggantikan kakak tirinya, Abdullah, yang meninggal akibat pneumonia.
Raja Salman segera menunjuk saudara tirinya, Pangeran Muqrin, sebagai putra mahkota.
Namun tiga bulan kemudian, Raja Salman mencopotnya dari posisi tersebut dan menunjuk keponakannya, Muhammad bin Nayef, sebagai calon penggantinya.
Pada Juni 2017, perubahan kembali terjadi. Raja Salman menggantikan posisi putra mahkota dengan putra kandungnya, Mohammed bin Salman, yang menjabat hingga saat ini.
Saat menjabat, selain merombak kabinet, Raja Salman juga mengatur ulang susunan sekretariat pemerintahan, dari semula berjumlah 11 menjadi hanya dua, yakni Dewan Politik dan Keamanan (CPSA) dan Dewan Perekonomian dan Pembangunan (CEDA).
Saudi pun tidak ragu mengambil tindakan intervensi militer dan melibatkan diri dalam konflik di Yaman saat Raja Salman menjabat.
Pada Maret 2015, Raja Salman memerintahkan serangan militer terhadap kelompok Houthi di Yaman, yang menjadi aksi pertama Angkatan Udara Saudi terhadap negara lain sejak Perang Teluk pada 1990-1991.
Hingga saat ini, Salman bin Abdulaziz yang berusia 88 tahun, telah menikah hingga tiga kali dan memiliki 13 orang anak.
(*)
Innalillahi, Raffi Ahmad Tumbang saat Ramadhan, Bagaimana Kondisi Suami Nagita Slavina sekarang?
Source | : | TribunStyle.com,Kompas.com |
Penulis | : | Fidiah Nuzul Aini |
Editor | : | Fidiah Nuzul Aini |