Grid.ID - Kehidupan Presiden Jokowi semasa kecil ternyata sungguh nelangsa.
Presiden Jokowi semasa kecil rela kerja pontang-panting jadi ojek payung sampai kuli panggul.
Begini kisah hidup Presiden Jokowi semasa kecil.
Melansir dari TribunTrends.com, Di balik kesuksesannya saat ini, Presiden Jokowi ternyata pernah merasakan hidup dalam kesulitan.
Sejak kecil, ia sudah terbiasa bekerja serabutan untuk mendapatkan uang saku.
Beberapa kali rumah Jokowi digusur karena tinggal di bantaran sungai.
Orang nomor satu di Indonesia ini bahkan sempat bekerja sebagai ojek payung dan kuli panggul.
Diketahui, Jokowi akan segera mengakhiri masa jabatannya pada Oktober 2024 mendatang.
Kini tinggal menghitung bulan saja, Jokowi akan lengser dari posisinya sebagai Presiden Indonesia.
Ketika pensiun nanti, Jokowi mengatakan akan kembali ke tanah kelahirannya di Solo, Jawa Tengah.
“Saya akan kembali ke kota saya, Solo, sebagai rakyat biasa,” ujar Jokowi dalam sebuah wawancara dengan The Economist, Sabtu (12/11/2022).
Dia juga mengaku akan menyibukkan diri dengan aktif dalam bidang lingkungan hidup.
“Saya akan aktif di bidang lingkungan hidup,” katanya.
Ucapan Jokowi itu bukan sekadar basa-basi, sebab diketahui dari orang-orang terdekatnya, Presiden saat ini sudah melakukan persiapan pensiun.
Terlepas dari rencana lengsernya Jokowi dan kembali ke kampung halaman, kisah masa kecilnya kembali menjadi sorotan publik.
Siapa yang menyangka bahwa Jokowi pernah tinggal di tepi sungai.
Di balik karier politiknya yang cemerlang, ternyata Jokowi memiliki masa kecil yang penuh perjuangan.
Jokowi memulai karier politiknya sebagai Wali Kota Surakarta pada tahun 2005 berpasangan dengan F X Hadi Rudyatmo.
Kemudian, ia terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2012, berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama.
Hingga akhirnya, Jokowi terpilih menjadi Presiden RI dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Melansir dari Kompas.com, Jokowi sempat menceritakan masa kecilnya.
Ia mengaku pernah hidup dalam kondisi kurang mampu di bantaran sungai.
Bahkan, Jokowi pernah merasakan penggusuran dan harus berpindah tempat tinggal.
"Pada saat saya kecil, rumah saya di pinggir kali, lalu digusur pindah ke tempat kontrakan lain lagi," ujar Jokowi ketika berorasi di depan warga di Lapangan Siaga Bojong Gede, Bogor, dikutip dari Tribun Jabar, Sabtu (7/6/2014).
Pada kesempatan lainnya, Jokowi bercerita tentang pengalaman masa kecilnya yang sering kebanjiran.
Ia ingat pernah pindah tiga kali dan semuanya berada di bantaran sungai.
Jokowi juga pernah mengalami kebanjiran karena rumahnya berjarak hanya 5 sampai 10 meter dari bantaran sungai.
Ia dan keluarganya selalu khawatir ketika banjir datang.
"Kehidupan kecil saya dari lahir sampai SD kelas VI selalu berpindah-pindah 3 kali dan selalu berada di bantaran sungai. Cuma 5 sampai 10 meter dari bantaran sungai, mesti saya suka kebanjiran," kata Jokowi, Kamis (15/11/2012).
"Saya selalu lihat di belakang rumah apakah banjir enggak ya, itu yang saya rasakan hampir 12 tahun dari kecil," ujarnya.
Pengalamannya tersebut dijadikan Jokowi sebagai pelajaran.
Ketika pulang ke Solo, Jawa Tengah, Minggu (16/10/2016), Jokowi mengenang masa kecilnya.
Ia mengunjungi bantaran Kali Anyar, Kampung Cinderejo Lor, Kelurahan Gilingan, Banjarsari, Solo.
Selama 12 tahun, Jokowi tinggal di lingkungan tersebut.
"Sering dulu (mandi di Kali Anyar), kalau dibilang tidak pernah, ya, pasti tidak percaya," kata Jokowi
Teman kecil Jokowi, Bandi (59), juga membenarkan bahwa Jokowi pernah mandi di kali bersamanya.
Bahkan, Jokowi pernah berdagang, mengojek payung, dan menjadi kuli panggul, untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan sehari-hari.
Jokowi menempuh pendidikan di SD Negeri 112 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk kalangan menengah ke bawah.
Bahkan, Jokowi saat itu memilih untuk berjalan kaki saat pergi ke sekolah, meskipun teman-temannya menggunakan sepeda.
Jokowi juga pernah mengalami penggusuran rumah sebanyak tiga kali.
"Pada saat saya kecil, rumah saya di pinggir kali, lalu digusur pindah ke tempat kontrakan lain lagi," ujar Jokowi, seperti yang dilansir dari Kompas.com.
Penggusuran yang dialaminya sebanyak tiga kali pada masa kecil, mempengaruhi cara berpikirnya dan kepemimpinannya ketika menjadi Wali Kota Surakarta saat harus menertibkan permukiman warga.
Kehidupan Jokowi mulai berubah sejak ia beranjak remaja dan bisa berbisnis.
Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai bekerja sebagai penggergaji di umur 12 tahun.
Setelah lulus SD, ia melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Surakarta.
Ketika ia lulus SMP, ia sempat ingin masuk ke SMA Negeri 1 Surakarta, namun gagal sehingga pada akhirnya ia masuk ke SMA Negeri 6 Surakarta.
Lulus SMA, Jokowi diterima di Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.
Saat menempuh pendidikan di UGM itulah, Jokowi belajar tentang struktur kayu, pemanfaatannya, dan teknologinya.
Setelah lulus pada 1985, ia bekerja di BUMN PT Kertas Kraft Aceh, dan ditempatkan di area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah.
Melansir dari Kompas.com, Joko Widodo, yang lebih dikenal sebagai Jokowi, adalah Presiden ke-7 Indonesia.
Jokowi menjabat sebagai presiden sejak 20 Oktober 2014 dan terpilih kembali untuk periode kedua, dilantik pada 20 Oktober 2019.
Jokowi memulai karier politiknya dari bawah, dimulai dengan jabatan kepala daerah.
Kini, namanya dikenal luas di Indonesia, bahkan di kalangan pemimpin dunia.
Jokowi mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri 112 Tirtoyoso Solo dan lulus pada tahun 1973.
Sejak duduk di bangku SD, Jokowi sudah membantu keluarganya dengan berdagang. Uang yang dihasilkan digunakan untuk keperluan sekolah dan jajan sehari-hari.
Sementara teman-temannya pergi ke sekolah dengan sepeda, Jokowi lebih memilih berjalan kaki.
Jokowi melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Surakarta dan lulus pada tahun 1976. Kemudian, ia meneruskan pendidikan ke SMA Negeri 6 Surakarta dan lulus pada tahun 1980.
Setelah lulus SMA, Jokowi melanjutkan studi ke Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan meraih gelar S1 dari Fakultas Kehutanan UGM.
Lulus dari kuliah, Jokowi sempat bekerja di sebuah perusahaan BUMN di Aceh, di tengah hutan.
Pekerjaan tersebut tidak bertahan lama bagi Jokowi. Pada tahun 1988, setelah menikahi Iriana, Jokowi kembali ke Solo.
Ia kemudian bekerja di pabrik milik pamannya, hingga akhirnya memutuskan untuk memulai usaha mebel sendiri.
Usaha yang mulanya sederhana lambat laun berkembang.
Dari skala regional, usaha mebel Jokowi meluas ke pasar nasional, bahkan merambah pasar internasional.
Kesuksesan bisnis mebel ini mendorong Jokowi untuk aktif dalam kegiatan sosial.
Ia bersama beberapa rekan pengusaha mendirikan organisasi pengusaha mebel nasional cabang Solo yang bernama Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo).
Jokowi pun terpilih sebagai ketua organisasi tersebut.
Setelah dua tahun memimpin Asmindo, muncul ide pencalonan Jokowi di Pilkada Solo 2005 dari pengurus dan anggota organisasi.
Awalnya, Jokowi menanggapinya dengan tawa dan secara halus menolak. Namun, aspirasi tersebut semakin kuat.
Politik akhirnya menarik minat Jokowi, dan pada tahun 2004 ia bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Memulai debut politiknya, Jokowi maju di Pilkada Solo 2005 berpasangan dengan sesama kader PDI-P, FX Hadi Rudyatmo.
Keduanya menang dan terpilih menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo periode 2005-2010.
Pada pemilihan Wali Kota Solo selanjutnya, Jokowi dan FX Hadi Rudyatmo kembali memenangkan kontestasi dan dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo periode 2010-2017.
Namun, baru dua tahun menjabat, PDI-P memberi mandat kepada Jokowi untuk maju di Pilkada DKI Jakarta tahun 2012.
Diusung oleh PDI-P dan Gerindra, Jokowi dipasangkan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Jokowi dan Ahok berhadapan dengan lima pasangan calon lainnya. Mereka berhasil menduduki posisi teratas pada Pilkada DKI putaran pertama dengan perolehan suara 42,60 persen.
Pada putaran kedua, Jokowi dan Ahok mengungguli pasangan calon Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.
Jokowi dan Ahok pun resmi terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017.
Karier politik Jokowi terus menanjak. Namanya melejit karena dicitrakan dekat dengan rakyat.
Program "blusukan" yang melambungkan nama Jokowi sejak menjadi Wali Kota Solo ia bawa saat memimpin pemerintahan ibu kota negara.
Popularitas ini memantapkan PDI-P untuk mengusung Jokowi di Pilpres 2014.
Saat itu, ia berpasangan dengan Jusuf Kalla yang sudah lebih dulu menjadi wakil presiden mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tahun 2004-2009.
Di Pilpres 2014, Jokowi-Kalla harus melawan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Kontestasi tersebut dimenangkan oleh Jokowi-Kalla yang memperoleh 70.997.859 suara atau 53,15 persen, sementara Prabowo-Hatta mendapatkan 62.576.444 suara atau 46,85 persen.
Lima tahun menjabat sebagai presiden, Jokowi kembali bertarung di Pilpres 2019 dengan Ma'ruf Amin sebagai pasangannya.
Lagi-lagi Jokowi harus berhadapan dengan Prabowo, yang kali ini berpasangan dengan Sandiaga Uno.
Jokowi-Ma'ruf keluar sebagai pemenang dengan memperoleh 85.607.362 suara atau 55,50 persen, sedangkan Prabowo-Sandi mendapatkan 68.650.239 suara atau 44,50 persen.
Pembangunan infrastruktur menjadi program prioritas di masa kepemimpinan pertama Jokowi.
Pembangunan dilakukan secara merata hingga ke daerah terluar Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dibandingkan negara-negara lain.
Program prioritas tersebut dibarengi dengan sejumlah program bantuan sosial seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), hingga Program Keluarga Harapan (PKH).
Selain itu, Jokowi juga mengupayakan reforma agraria, salah satunya dengan mempercepat penerbitan sertifikat hak atas tanah untuk mengurangi sengketa lahan.
Di masa jabatannya yang kedua, Jokowi mengalihkan fokus pemerintahan pada pembangunan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Namun demikian, program pembangunan infrastruktur tetap dilanjutkan bersamaan dengan itu.
(*)
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya
Source | : | Kompas.com,TribunTrends.com |
Penulis | : | Fidiah Nuzul Aini |
Editor | : | Fidiah Nuzul Aini |