“Kejadian menjelang magrib, istri teriak-teriak tapi api sudah besar, saya lari ke atas, sudah panas banget,” kata Joe.
“Pasrah saja yang terjadi. Semua hancur seketika, aku gak kepikiran apa-apa saat itu, yang penting selamat dan gak nyebar apinya ke tetangga. Gak ada luka, tapi sesak napas aja,” katanya.
Ketika menceritakan kronologi kebakaran rumahnya, Joe terlihat santai, padalah saat itu Joe tak memiliki tempat tinggal lain, sampai-sampai mendapatkan bantuan dari tetangga.
Ternyata, bagi Joe, kehilangan rumah tinggalnya sepekan yang lalu, tak ada apa-apanya jika dibanding ia kehilangan harta paling berharganya yaitu, anaknya.
“(Rumah kebakaran) saya bisa lebih kuat, karena harta terindah saya sudah diambil 4 bulan lalu,” kata Joe sambil tersenyum getir.
“Harta ini (rumah kebakaran) gak ada apa-apanya, sepeninggal anakku itu hidup kaya ‘ah buat apa coba?’, tapi God the greatest.”
“Ketika sedang ingat itu (anak meninggal dunia), eh rumah kebakaran, kebakaran ini bukan cobaan tapi saya anggap penyembuhan buat saya,” kata Joe.
“Kebakaran ini menghilangkan (rasa sakit ingat anak yang meninggal). Jadi misal kaki kanan kamu sakit, coba tusuk kaki kiri, kamu jadi pindah (fokus) ke kaki kiri,” kata Joe.
Satu-satunya yang bikin hati Joe teriris soal kehilangan rumahnya karena kebakaran adalah, ia juga kehilangan barang-barang peninggalan sang putra yang ludes dilalap api.
Chandrika Chika Belum Minta Maaf Usai Diduga Aniaya Yuliana Byun, Sang Ayah Datangi Korban
Source | : | Pagi Pagi Ambyar Trans TV |
Penulis | : | Okki Margaretha |
Editor | : | Okki Margaretha |