“Teknik ecoprint sangat ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia. Bahan utamanya adalah aneka tanaman yang ada di alam. Aneka pepohonan dan daun bisa dimanfaatkan sebagai pewarna alami sekaligus motif kain,” kata Zakiyah yang sudah puluhan tahun menekuni berbagai teknik pembuatan kerajinan kain.
Baca Juga: Resep Sup Ayam Kampung, Pereda Masuk Angin yang Bergizi dan Lezat
Zakiyah Handayani yang pernah mengajar teknik ecoprint di beberapa negara tersebut mengajak perempuan Kariung setelah pelatihan usai keterampilan tersebut terus diasah dan dikembangkan agar hasil yang diperoleh semakin bagus. Karena jika ditekuni kerajinan ecoprint memberi masukan ekonomi yang sangat bagus.
“Salah satu contoh saja. Untuk pembuatan satu lembar kain ecoprint lebar 1 meter ongkos produksi hanya sekitar 125 ribu. Tapi begitu jadi kain maka minimal bisa laku Rp 250 ribu bahkan bisa lebih tergantung kerapian pengerjaannya,” kata Heny yang sangat disayangkan kalau desa Kariung yang memiliki potensi baik SDM maupun alamnya namun tidak dikembangkan.
Perempuan yang biasa disapa Heny itu menyarankan jika diproduski secara massal jenis daun asal dari Desa Kariung yang tidak ditemukan di kawasan lain bisa dijadikan ciri khas ecoprint produk desa Kariung.
“Kalau dikembangkan, maka kesejahteraan ekonomi warga akan semkain meningkat,” papar Heny sambil menjelaskan bahwa ecoprint bisa diterapkan di berbagai jenis bahan, selain di kain juga bisa pada gelas sebagai souvenir.
HUTAN TETAP LESTARI
Kades Supriadie, usai acara menjelaskan jika pihak pemerintah desa akan mendukung penuh warganya yang bersedia mengembangkan ecoprint.
“Saya akan mendukung penuh warga saya yang ingin mengembangkan ecoprint. Soal kebutuhan bahan dasar, mulai kain, kompor, panci termasuk tempat sejenis galeri untuk memajang hasil kerajinan sebagai jujugan wisatawan yang datang akan saya buatkan dengan diambil dari dana desa. Saya yakin jika dilakukan dengan penuh kesungguhan bisa dijadikan sebagai alternatif penghasilan keluarga,” papar Kades dengan penuh semangat.
Kades Supriadie memaparkan warga desanya yang berjumlah 184 KK mayoritas sebagai pencari ikan di sungai Katingan. “Makanya saya dorong penuh kalau para istri terjun di ecoprint bisa sebagai tambahan ekonomi suami,” tambah Kades yang desanya terletak sekitar 150 km dari kota Palangkaraya.
Gugus Haringkas, koordinator pemberdayaan masyarakat Borneo Nature Foundation (BNF) yang bertanggungjawab kegiatan pelatihan menjelaskan bahwa tujuan BNF mengadakan kegiatan ini sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan warga desa yang ujungnya agar taraf ekonomi masyarakat Kariung meningkat.
“Dengan ekonomi yang cukup diharapkan masyarakat yang berada di desa penyangga tidak memanfaatkan kawasan hutan tamana nasional Sebangau dengan melanggar hukum tetapi justru ikut menjaga keragam hayati agar hutan tetap lestari,” kata Gugus. Gandhi Wasono
Baca Juga: 5 Shio Paling Ahli Bersiasat, Pintar Membaca Situasi dan Peluang
Sulit Ceraikan Erin Taulany? Permohonan Talak Andre Taulany Sampai Ditolak 2 Kali oleh Hakim, Ini Penyebabnya: Tidak Terbukti
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Nira Emily |