Ia pun mengatakan jika pelaku setiap kali mengikuti kelas seperti tidak semangat untuk belajar.
"Padahal setiap kali saya tanya beliau bisa menjawab dengan baik," tulisnya.
Menurutnya, pelaku diminta oleh orang tuanya untuk masuk ke salah satu universitas yang bergengsi.
"Ini diungkapin orang tua langsung ke saya di awal Oktober. Bahkan saya masih ingat orang tuanya ini bahkan membawa hasil psikolog si anak ke saya," jelasnya.
"Gak lama hasil TO saya bagikan si anak buat snap WhatsApp mengeluh karena diomelin. Gak lama saya dapat info kejadian yang di luar dugaan," tambahnya.
Lebih lanjut, menurutnya si anak mengalami depresi.
"Setiap kali dia masuk kelas saya hanya tiduran sambil ngerjain apa yg saya suruh ke anak2 terkadang sesekali mau tertawa sendiri. Saya lebih prefer kalau dia ini depresi," tandasnya.
Saat ini belum ada keterangan terkait motif pembunuhan yang dilakukan oleh MAS.
(*)
Source | : | Tribun Jakarta,Kompas.com |
Penulis | : | Ines Noviadzani |
Editor | : | Ayu Wulansari K |