“Itu nyicil apaan 2 miliar? Nyicil bumi? Kok bisa banyak gitu?” tanya Rigen yang seolah masih tak percaya.
Raffi menjelaskan, saat itu dirinya memang keliru karena kurang memperhatikan aspek rasio cicilan dan pemasukannya.
“Ya memang dulu itu gue salah, kita juga cicilan jangan terlalu tinggi-tinggi lah, kita juga kadang stres,” ucap Raffi.
Menurut Raffi, momen itu menjadi pengalaman berharga dalam dirinya bagaimana mengelola penghasilan dan utang.
“Cuma akhirnya itu jadi pelajaran buat gue. Jadi kita kalau mau nyicil itu sesuai kemampuan kita aja,” ucap Raffi.
Andre Taulany kemudian bertanya apakah cicilan tersebut bisa menjadi motivasi bagi Raffi.
Raffi pun setuju. Menurutnya, cicilan dapat menjadi dorongan untuk terus bekerja keras.
Selain itu, Raffi menambahkan bahwa menyicil diperbolehkan asalkan bisa dipertanggungjawabkan dan tidak memberatkan.
“Nah misal kayak gue nih kan bisnis juga, jadi duit itu gue puterin, dan kalau memang kita masih kerja punya pemasukan beberapa tahun ke depan itu enggak apa-apa nyicil, tapi kalau enggak ada pemasukan ya musti mikir dua kali buat nyicil,” tutur Raffi.
Namun, Raffi menegaskan bahwa setiap orang memiliki pandangan berbeda dalam menghadapi cicilan.
Misalnya, almarhum Olga Syahputra, sahabat Raffi, memiliki prinsip yang berbeda dan lebih memilih untuk tidak memiliki cicilan.
“Dulu Almarhum Olga itu beda prinsip sama gue, dia maunya cash-cash aja. Tapi kalau gue kan karena memang hidup sendiri jadi waktu belajar gue selalu menyisihkan duit, misal punya 100 juta, 20-30 juta itu gue simpan, 40 jutanya gue invest, nah sisanya baru gue belanjain,” ucap Raffi.
(*)
Source | : | Kompas.com,Banjarmasinpost.co.id |
Penulis | : | Fidiah Nuzul Aini |
Editor | : | Fidiah Nuzul Aini |