Lalu bagaimana seseorang bisa mengalami gangguan pedofilia?
Luka Psikologis yang Belum Sembuh
Umumnya, kata Psikolog Anak Gloria Siagian, pedofilia sering kali berakar dari luka psikologis yang belum terselesaikan. Trauma masa lalu yang tidak diatasi dengan baik dapat mendorong seseorang untuk melampiaskan penderitaannya kepada orang lain, terutama anak-anak.
Baca Juga: Jejak Monetisasi Video Asusila Eks Kapolres Ngada, Diduga Tembus Sampai Australia
Pengalaman negatif dalam pergaulan dengan teman sebaya juga dapat menjadi faktor pemicu. Pelaku mungkin merasa tidak nyaman dan mencari validasi diri dari anak-anak yang menganggap mereka sebagai sosok yang keren.
Mencari Validasi Diri dari Anak-anak
Ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang sebaya dapat mendorong seseorang untuk mencari validasi dari kelompok usia yang lebih muda. Interaksi semacam ini menjadi semacam "memberi makan" bagi rasa percaya diri pelaku yang rapuh.
Anak-anak yang lebih muda cenderung memberikan respons positif dan mengagumi pelaku, sehingga pelaku merasa nyaman dan berkuasa. “Ketika pelaku bergaul atau bertemu dengan anak-anak yang usianya jauh di bawahnya, dia merasa nyaman karena anak-anak menganggapnya sosok yang keren,” jelas Gloria dikutip dari Kompas.com, Selasa (18/3/2025).
Pengalaman Pelecehan Seksual di Masa Kecil
Ada kemungkinan bahwa pelaku pernah mengalami pelecehan seksual saat masih kecil. Luka dan trauma yang ditinggalkan oleh pengalaman tersebut tidak ditangani dengan baik, sehingga mendorong pelaku untuk melakukan tindakan serupa terhadap anak-anak di bawah umur sebagai targetnya.
Kasus ini menyoroti pentingnya deteksi dini serta penanganan trauma psikologis, baik untuk korban maupun pelaku, guna menghentikan siklus kekerasan seksual terhadap anak-anak.
(*)
Lirik dan Arti Lagu Tob Tobi Tob yang Lagi Viral di TikTok, Ternyata Maknanya Puitis Abis!
Source | : | Kompas.com,Tribun Jabar |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Nesiana |