Menurut dia, dikutip dari Rotten Tomatoes, film ini kurang memberikan kisah yang sepadan dengan keagungan karakter Mufasa. Christy Lemire dari FilmWeek juga ikut memberikan kritikan dan pujian.
Christy Lemire menyebut bahwa secara tonal, film ini terasa kurang seimbang. Meskipun demikian, film ini tetap menghadirkan beberapa momen mendebarkan dengan visual yang menawan berkat sinematografi James Laxton.
Sara Michelle Fetters dari MovieFreak.com memuji bagaimana Barry Jenkins memberikan ruang bagi karakter untuk menampilkan emosi manusiawi, bahkan dengan mengorbankan kesempurnaan visual demi kedalaman ekspresi. Sementara itu, Manohla Dargis dari New York Times menganggap film ini secara keseluruhan cukup menarik, meskipun terasa familiar dan masih mengikuti formula khas Disney, dengan beberapa momen tajam yang menyimpang dari pola tersebut.
Dengan durasi 1 jam 58 menit, Mufasa: The Lion King membawa penonton ke dalam perjalanan emosional seorang pemimpin yang harus menemukan jalannya sendiri. Film ini menghadirkan visual yang memukau, aksi mendebarkan, serta pesan mendalam tentang persahabatan, pengorbanan, dan takdir.
Meskipun mendapatkan beragam ulasan, film ini tetap menjadi tontonan wajib bagi para penggemar The Lion King yang ingin mengetahui lebih banyak tentang sosok Mufasa sebelum ia menjadi raja Pride Lands. Apakah kisah Mufasa akan seikonik pendahulunya?
Saksikan sendiri bagaimana legenda ini dimulai dalam Mufasa: The Lion King di Disney+ Hostar Indonesia pada 26 Maret 2025.
(*)
Profil Gilang Dirga, Artis Multi Talenta yang Ikut Soroti Insiden Rendang Willie Salim
Source | : | Rotten Tomatoes,disney |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Irene Cynthia |