Sementara itu peneliti dari Sudan Amnesty International, Ahmeed Elzobier mengungkapkan ini merupakan kali pertama, kasus kawin paksa berujung perkosaan menyita perhatian masyarakat Sudan.
"Perkosaan dalam keluarga sering terjadi di Sudan namun orang-orang enggan membicarakannya, dan kasus Noura mengubah semua itu," ujar Elzobier.
Shahd Hamza (20) merupakan satu di antara mereka yang menuntut keadilan bagi Noura.
Ia mendengar kasus Noura via pesan berantai di grup WhatsApp.
Seperti Ojek, Helikopter Online Tersedia di Jakarta, Segini Harga Sewanya
Bagi Shahd, kasus pemerkosaan dan pelecehan perempuan telah lama jadi momok di Sudan namun sebelum Noura, kasus serupa tak pernah viral.
"Di Sudan, percakapan tentang hal ini dianggap tabu. Saya berharap banyak orang jadi lebih terbuka dan tidak risih membicarakannya bersama keluarga mereka," tutur Shahd.
Nahid Gubralla, Direktur SEEMA -- sebuah organisasi non pemerintah yang bekerja sama dengan para penyintas berbasis gender di Sudan -- juga berada di antara kerumunan pendukung Noura.
Selama ini SEEMA turut berkampanye mendukung Noura.
"Berulang kali saya menyaksikan penderitaan perempuan Sudan, dan dalam kasus ini, Noura membela haknya," tandas Gabriella. (*)
3 Shio Dapat Saran Penting Hari Ini 30 November 2024, Jangan Sungkan Menolong Orang Lain!
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |