"Jarang ketemu. Kalau ada kumpul-kumpul RT, dia tak pernah datang," ungkapnya.
Perilaku serupa juga ditunjukkan oleh sang istri dan anak-anaknya.
Menurut Adi, sejak dulu, istri dan anak-anak pelaku tidak pernah berkumpul dengan warga sekitar.
Baca juga : Sedih, Sempat Digandeng, Kakak Adik Jadi Korban Bom Teroris...
Mereka cenderung tertutup hidup di dalam rumah jika tak ada kegiatan keluar kampung.
"Rumah itu tidak ada yang pernah masuk. Dia kalau ke rumah saya, saya persilakan. Tapi dia tidak pernah (mengajak orang ke rumahnya)," tutur dia.
Pernah suatu ketika Adi punya perlu dengan Dita.
Ia pun mendatangi rumahnya tetapi rumah selalu dalam keadaan terkunci.
Nyaris tak ada gelagat yang menunjukkan keluarga Ditta berpaham radikal.
Sang istri, yang dalam pengeboman menggunakan cadar, berpenampilan normal saja sehari-hari.
"Pakai kerudung, iya. Tapi tidak pakai cadar," tutur Adi.
Baca juga : Berduka Atas Insiden Bom Surabaya, Emil Dardak Minta Masyarakat Bersatu Melawan Terorisme
Pernah dua tahun lalu rumah Dita dipakai untuk latihan silat orang-orang dari luar.
Adi mengetahuinya dari laporan satpam.
Ia pun tak pernah mengganggap hal itu sebagai hal yang mencurigakan.
Sebagai warga kampung itu, Dita bekerja tak tetap.
Dia pernah bekerja sebagai pembuat jamu. Kemudian, ia menjadi pembuat minyak kemiri.
"Dulu pernah limbahnya dibuang di got. Tetangga-tetangga marah," tambahnya.
Baca juga : Adipati Dolken Komentari Teror Bom di Surabaya, Jadi Ikut Sedih!
Beda Usia Hampir 20 Tahun, Fedi Nuril Tanyakan Hal Ini ke Amanda Manopo Sebelum Lakoni Adegan Romantis
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |