Ya, kisah kejatuhan rezim Orde Baru pada 20 tahun lalu memang tidak bisa dilepaskan dari adanya aksi penolakan 14 menteri terhadap rencana Presiden Soeharto yang terjadi pada 20 Mei 1998.
Saat itu, 14 menteri di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan dan Industri, Ginandjar Kartasasmita menolak masuk ke dalam Komite Reformasi atau Kabinet Reformasi hasil reshuffle, dikutip Grid.ID dari Kompas (20/05/2018).
Probosutedjo mengatakan jika pada saat itu Soeharto sangat terkejut dengan pernyataan Habibie.
"Ini membuat kakak saya menjadi sangat kecewa. Hari itu juga dia memutuskan untuk tidak menegur atau berbicara dengan Habibie. Kabarnya, malam itu Habibie menghubungi Mas Harto lewat telepon, tapi Mas Harto enggan bicara", kata Probosutedjo.
Kekecewaan kedua Soeharto pada Habibie menyangkut keputusan Habibie yang telah memberikan referendum kepada Timor Timur yang akhirnya lepas dari Indonesia.
Probosutedjo mengaku melihat kemarahan dari sorot mata Soeharto atas keputusan Habibie ini.
Tak hanya itu, masih ada kekecewaan ketiga yang dirasakan Soeharto terhadap Habibie.
Kekecewaan ketiga Soeharto pada Habibie disinyalir karena Habibie menyetujui pengusutan kasus korupsi yang dilakukan Soeharto selama berkuasa.
Pemerintah kemudian mengusut mantan Presiden RI ke dua, Soeharto yang ditetapkan dalam TAP MPR No XI/MPR/1998 tentang penyelanggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
BACA JUGA Probosutedjo Enggan Disebut Saudara Tiri Soeharto, Silsilah Keluarga Membuktikan
"Baginya, itu adalah sebuah penghinaan besar. Pengadilan terhadap Mas Harto terus dilakukan dan Habibie membiarkan hal itu terjadi", kata Probosutedjo.
Gagal Move On dan Tak Terima sang Mantan Pacar Sudah Punya Kekasih Baru, Pria Ini Culik sang Wanita tapi Keciduk Polisi, Begini Akhirnya
Source | : | kompas,historia.id |
Penulis | : | Septiyanti Dwi Cahyani |
Editor | : | Septiyanti Dwi Cahyani |