Menurut The Edhi Foundation, sebagian besar penduduk yang meninggal adalah orang-orang dari kelas pekerja lingkungan yang lebih miskin, termasuk anak-anak dan orang tua.
"Mereka bekerja di sekitar pemanas dan boiler di pabrik-pabrik tekstil selama delapan hingga sembilan jam kerja," kata Faisal Edhi, kepala yayasan The Endhi Foundation yang dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Fazlullah Pechuho, Menteri Kesehatan Provinsi Sindh, membantah bahwa ada yang meninggal dunia.
Pemerintah juga memperdebatkan jumlah korban tewas dan mengatakan pemicu kematian disebabkan bukan karena dehidrasi.
Shahid Abbas, seorang pejabat senior di Departemen Meteorologi Pakistan, mengatakan bahwa gelombang panas diperkirakan akan berlanjut setidaknya selama 48 jam.
Baca juga :5 Resep Sederhana Membuat Puding, Dari Puding Busa Hingga Puding Panas
Gelombang panas disebabkan oleh sistem cuaca panas dari arah barat laut kota Karachi.
"Alasan utamanya adalah kelembaban rendah, dan udara kering memanas cukup cepat," kata Shahid Abbas yang dikutip dari Reuters.
Menurut Departemen Meteorologi, suhu panas yang mencapai 41 derajat celcius diperkirakan akan berlanjut hingga setidaknya Jumat pekan depan (29/05/2018).
Petugas penyelamat menasihati agar warga yang berpuasa menghindari paparan sinar matahari secara langsung.
Warga juga diharapkan menjaga kulitnya, terutama di kepala dan wajahnya tetap lembab.
Meski memperdebatkan jumlah korban jiwa, pemerintah Pakistan telah mendirikan kamp di seluruh kota yang tersedia air dan obat-obatan untuk mereka yang terkena dampak suhu panas.
Kejadian ini juga pernah dialami warga Pakistan pada Juni 2015.
Lebih dari 1.200 orang meninggal dunia karena suhu panas di Karachi. (*)
Baca juga : VIDEO : Ekstremnya Suhu Panas di Pakistan, Ngeri, Lihat yang Terjadi Pada Presenter TV ini
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |