Elizabeth selaku Ketua Bidang Pengaduan Komnas Anak dan juga psikolog anak juga membenarkan bahwa tidak ada tindakan kekerasan terhadap Loly.
Selain itu Elizabeth menambahkan jika terbukti adanya kekerasa, Loly pasti adanya bekas Lukas di tubuhnya.
"Jadi saya tugasnya adalah menge-assess anak ini saya langsung berikan foto dan sebagainya memang anda bisa liat dari sekujur tubuh dan sebagainya dalam keadaan sehat walafiat ya masih bisa ngobrol dan sebagainya.
“Jadi saat saya meng-assess saat itu tadi malem bertemu dengan Dipo itu tidak ada satu pun luka fisik dalam tubuh dan dia juga tidak menceritakan adanya kekerasan fisik di malam itu," ujar Elizabeth.
Wanita berambut bondol ini menjelaskan bahwa konflik diantara ia dan anaknya disebabkan Loly tidak merasa dengan peraturan yang ada dirumah Nikita sedangkan putrinya ingin lebih bebas seperti dirumah Dipo, suami Nikita.
"Karena di rumahnya Dipo itu dia (Loly) bisa tidur kapan aja dia mau, kalau di tempat aku kan jam 9 malam dia harus tidur, cuma holiday aja dia bisa tidur sampe jam 11 malem gitu," ucap Nikita.
Selain itu Dipo juga menambahkan, dikarenakan kesibukan pekerjaan Nikita dan Dipo.
Mereka tidak bisa memonitoring putrinya itu sehingga Dipo meminta kepada temannya, Elizabeth yang juga komisioner Komnas Anak Indonesia, untuk dilakukannya konseling kepada Loly.
"Karena nggak ada yang monitor, saya kan kerja kalo niki kan kerjanya siang-siang udah kelar kalo saya malem jadi dia bisa bebas, makanya saya juga nggak mau ini anak bebas dirumah gada yg monitor karena remaja kan bisa dibilang," kata Dipo.
Kendati begitu agar Loly tidak terlantar dan mendapatkan bimbingan dalam pengasuhan, Dipo pun meminta bantuan kerabatnya untuk memberikan konseling terhadap anaknya.
"Liz tolong dong suruh pulang’ kan kita khawatir dia mesti ngerjain PR dia tidur kan paginya mesti bangun pagi gimana gitu kan kecuali kalo anak ini remaja punya kesadaran yg tinggi bertanggung jawab atas dirinya dengan sekolahnya," ucap Dipo.
Dipo juga menegaskan, Dipo dan Nikita menitipkan sementara anaknya kepada psikolog anak bukan berarti tidak menyayanginya tetapi Dipo meminta kepada Komnas Anak bagaimana cara didik mereka dapat diterima baik oleh anak.
"Jadi memang apapun yg kita katakan mereka nggak kan sepakat tapi bukan berarti dia jadi musuh kita tetep sayang sama anak.
“Kita tetep ngasuhin mereka tapi yg terpenting fungsi memonitor dan menjaga memberikan kontrol di rumah itu," tutur Dipo. (*)
Penulis | : | Corry Wenas Samosir |
Editor | : | Al Sobry |