"Shalahuddin memegang sila pertama. Tika sila kedua. Saya sendiri sila ketiga. Harvan sila keempat. Adriyanto sila kelima. Kita memulai proses pembuatan sejak Oktober 2017," ujar Lola.
Film Lima menceritakan kisah sebuah keluarga yang terdiri dari tiga anak dan satu pembantu.
Ketiga anak ini berdebat tentang kematian ibunya, karena masing-masing dari mereka memiliki agama yang berbeda dengan sang ibu.
Film Lima bertujuan untuk membangun budaya intolerance, ditengah bahaya intolerance.
Kisah fiksi yang menggugah cinta, nyata terjadi sebagai cermin negeri kita, kalbu tak pernah keliru. Pancasila tetap menyala haru.
Baca juga : Sempat Curhat Honor Tak Dibayar, Jane Shalimar Beri Klarifikasi
Film Lima mengisahkan tentang pergulatan keluarga Indonesia dengan karut marut persoalan mengenai keberagaman, aturan agama, dilema pekerjaan, bullying, sampai pada pertanyaan mengenai masih adanya keadilan atau tidak untuk orang yang terpinggirkan.
Film Lima bercerita tentang sebuah keluarga yang masing-masing anggota keluarganya memiliki masalahnya tersendiri.
Masalah-masalah mereka memiliki kedekatan dengan kita dalam berkehidupan sehari-hari. Mereka bergelut dengan permasalahannya, dan pada akhirnya semua kembali kelima hal mendasar yang kerap menjadi akar kehidupan mereka (dan kita) yaitu: Tuhan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah dan Keadilan.
Film ini berusaha menyatakan kalau Pancasila itu bukan untuk dihafal, tapi bagaimana Pancasila dipakai dalam kehidupan sehari-hari yang dekat dengan kita, keluarga dan tempat kerja.
Baca juga : Lembaga Sensor Film Tetapkan Film LIMA untuk 17 Tahun Keatas
Penasaran dengan film anak bangsa ini, simak cuplikan filmnya di bawah ini. (*)
3 Bulan Nunggak SPP, Siswa SD Duduk di Lantai Jadi Tontonan Teman Sekelas, Pagi sampai Siang Tak Boleh Duduk di Bangku
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |