Najjar merupakan orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes Great Return March yang dimulai bulan Maret.
Kematian Najjar merupakan satu-satunya kematian yang terdaftar pada hari Jumat.
Seorang juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan bahwa dirinya mengetahui laporan tersebut.
Tetapi tetap saja dia tidak langsung berkomentar mengenai keadaan tersebut.
Pada hari Jumat tersebut kembali diadakan protes.
(Baca: Ramalan Zodiak untuk Sabtu 2 Juni 2018 : Aquarius Harus Lebih Selektif)
Ribuan warga Palestina mengambil bagian dengan membuat kerusuhan di sepanjang pagar keamanan, membakar ban, dan melemparkan batu.
Inilah adegan dimana Najjar berlari dengan mantel putihnya untuk menolong seorang pria tua yang telah dipukuli di bagian kepala.
Najjar merupakan penduduk Khuzza, sebuah desa pertanian yang terletak di dekat perbatasan dengan Israel.
"Kami memiliki satu tujuan, untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang. Dan mengirim pesan ke dunia: Tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja," ujar ayah Najjar.
(Baca: Putri Anjasmara dan Dian Nitami Wisuda, Kecantikan Parasnya Jadi Sorotan Netizen)
Pernyataan tersebut dikatakan oleh Najjar kepada ayahnya sebelum dia meninggal dunia.
Saat peristiwa penembakan itu terjadi, Najjar berada 100 meter dari pagar dan sedang membalut pria yang terkena tabung gas air mata.
Pria tersebut kemudian dibawa dengan ambulans.
Tiba-tiba saja suara tembakan terdengar dan Najjar jatuh ke tanah.
Najjar tiba di rumah sakit dengan kondisi yang sangat serius.
Dia meninggal dunia di ruang operasi. (*)
Gunung Raung Erupsi Sehari Sebelum Natal, Pendaki Dengar Suara Ngeri ini dan Buru-buru Selamatkan Diri
Source | : | New York Times |
Penulis | : | Linda Rahmadanti |
Editor | : | Linda Rahmadanti |