Laporan Wartawan Grid.ID, Linda Rahmad
Grid.ID - Seorang perawat Palestina dilaporkan tewas terbunuh pasukan Israel.
Saat itu perawat berusia 21 tahun tersebut sedang mencoba membantu pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza.
Wanita muda berparas cantik tersebut segera bergegas ke area berbahaya untuk menolong korban terluka.
Sebagai pertugas media darurat sukarela, ia mengatakan bahwa dirinya ingin membuktikan bahwa perempuan memiliki peran dalam masyarakat konservatif Gaza.
"Menjadi tenaga medis bukan hanya pekerjaan untuk seorang pria, tetapi untuk wanita juga," ungkap Razan al-Najjar seperti yang dikutip Grid.ID dari New York Times.
(Baca: Sempat Viral, Inilah Identitas Agen Travel yang Meninggalkan Jamaah Umroh Asal Lombok)
Pada hari Jumat tersebut, merupakan terakhir kalinya dia bisa membantu seorang demonstran untuk terluka.
Niat baiknya tersebut rupanya mengantarkan Najjar pada maut.
Dari seberang pagar, dua atau tiga peluru meluncur dan tepat mengenai bagian dada Najjar.
Tak lama setelah kejadian ini, ia dinyatakan meninggal dunia.
(Baca: Kasihan, 20 Tahun Berjualan Padi dan Ubi, Seorang Bapak di Lombok Ditipu Agen Travel Umroh dan Haji)
Najjar merupakan orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes Great Return March yang dimulai bulan Maret.
Kematian Najjar merupakan satu-satunya kematian yang terdaftar pada hari Jumat.
Seorang juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan bahwa dirinya mengetahui laporan tersebut.
Tetapi tetap saja dia tidak langsung berkomentar mengenai keadaan tersebut.
Pada hari Jumat tersebut kembali diadakan protes.
(Baca: Ramalan Zodiak untuk Sabtu 2 Juni 2018 : Aquarius Harus Lebih Selektif)
Ribuan warga Palestina mengambil bagian dengan membuat kerusuhan di sepanjang pagar keamanan, membakar ban, dan melemparkan batu.
Inilah adegan dimana Najjar berlari dengan mantel putihnya untuk menolong seorang pria tua yang telah dipukuli di bagian kepala.
Najjar merupakan penduduk Khuzza, sebuah desa pertanian yang terletak di dekat perbatasan dengan Israel.
"Kami memiliki satu tujuan, untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang. Dan mengirim pesan ke dunia: Tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja," ujar ayah Najjar.
(Baca: Putri Anjasmara dan Dian Nitami Wisuda, Kecantikan Parasnya Jadi Sorotan Netizen)
Pernyataan tersebut dikatakan oleh Najjar kepada ayahnya sebelum dia meninggal dunia.
Saat peristiwa penembakan itu terjadi, Najjar berada 100 meter dari pagar dan sedang membalut pria yang terkena tabung gas air mata.
Pria tersebut kemudian dibawa dengan ambulans.
Tiba-tiba saja suara tembakan terdengar dan Najjar jatuh ke tanah.
Najjar tiba di rumah sakit dengan kondisi yang sangat serius.
Dia meninggal dunia di ruang operasi. (*)
Gunung Raung Erupsi Sehari Sebelum Natal, Pendaki Dengar Suara Ngeri ini dan Buru-buru Selamatkan Diri
Source | : | New York Times |
Penulis | : | Linda Rahmadanti |
Editor | : | Linda Rahmadanti |