Wanita kelahiran Filipina itu diketahui menikahi seorang pria asal Korea Selatan, keduanya memiliki dua anak perempuan.
Manuver Mengejutkan Kim Jong Un Jelang Pertemuannya dengan Donald Trump
Dalam wawancaranya dengan sebuah stasiun televisi, wanita itu mengaku senang dapat bertemu presiden dan ia merasa tidak dilecehkan.
Namun bagi sejumlah orang, tindakan Duterte dinilai kelewat batas.
"Presiden Duterte bertindak bak seorang raja feodal dan berpikir bahwa ia berhak melakukan apapun yang ia inginkan," ujar Sen Rita Hontiveros, jurnalis dan aktivis wanita asal Filipina.
Gabriela, partai wanita sayap kiri Filipina mengutuk tindakan Duterte yang disebut 'misoginis' dan 'melecehkan wanita'.
Insiden itu menandai kali kesekian Duterte mendapat kecaman keras akibat tindakan kontroversialnya.
Sebelumnya, Duterte sempat dikecam 'kelompok wanita Filipina' akibat komentarnya yang tak berperikemanusiaan dan menyudutkan kaum wanita.
Duterte dalam pidatonya melegalkan kelompok militer membasmi gerilyawan wanita yang berseberangan dengan pemerintah.
Duterte bahkan memerintahkan mereka menembak alat kemaluan para gerilyawan wanita.
Pidato itu bak memberi sinyal betapa Presiden bertangan besi ini merupakan ancaman besar bagi kaum wanita.
Kaum wanita sayap kiri dan para feminis menganggap ucapan sesumbar Duterte dapat membahayakan wanita Filipina, sebab memberi lampu hijau bagi kaum lelaki untuk melecehkan wanita. (*)
Source | : | The Guardian,Reuters |
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |