Grid.ID - Usianya memang tak lagi muda, tapi kekuatan dan semangatnya jauh melebihi anak-anak muda.
Namanya Sabariah Hussein.
Ia disebut-sebut sebagai Bunda Teresa dari orang-orang muslim.
Lahir di Malaysia, Sabariah Hussein telah mengabdikan hidupnya untuk orang lain.
Bahkan ia menempatkan kebutuhan orang lain sebagai prioritasnya.
Aroma daging dan rempah-rempah memenuhi udara apartemen Sabariah Binti Hussein di Cote des Neiges Notre Dame de Grace.
Suatu hari, di tiga kamar besar yang masing-masing dilengkapi dengan dapur, sup lentil telah mendidih di atas kompor.
Ada pula bakso dan kue tart yang sedang dipanggang di oven.
Pemandangan ini membuat suasana di dalam apartemen Sabariah lebih panas daripada di luar.
Sementara itu, para sukarelawan sibuk menyiapkan hidangan di meja.
Mereka sibuk berlalu lalang di koridor sembari memastikan makanan harus siap tepat pukul lima sore, ketika para sukarelawan dari River's Edge Community Church akan mengambil makanan untuk 150 orang yang membutuhkan di gereja.
Tapi bukan itu saja, Sabariah dan para relawan juga harus memasak untuk 230 orang lainnya yang di lima masjid berbeda untuk buka puasa.
BACA JUGA Salut! Pramuka Cewek Ada di Jalur Mudik, Ikutan Bantu Atur Lalu Lintas
Secara total, mereka akan memberi makan untuk 380 orang dalam satu hari.
Para sukarelawan itu memanggil Sabariah dengan sebutan Suster Sabria.
Tetapi, wanita berusia 70 tahun itu mengaku jika dirinya lebih senang dipanggil Sister Sabria atau Sabariah.
Keterlibatan Sabariah di komunitas Mentreal dimulai sejak 30 tahun lalu.
Ketika ia tiba di Kanada setelah menyelesaikan kurus masakan internasional di Kuala Lumpur, Malaysia.
Sebagai seorang muslim yang taat, Sabariah sering memasak ribuan makanan untuk masjid yang tersebar di seluruh kota.
Ia memberikan bantuan kepada siapa pun yang membutuhkan.
Tanpa memandang ras, agama atau jenis kelamin.
Sabariah juga bekerja sama dengan River's Edge Community Church dan Unity Church.
Selain itu, Sabariah juga mendirikan tempat penampungan wanita dari rumahnya yang disebut 'Our Seccond Home'.
"Dalam Islam, Anda harus bersatu", itulah yang selalu dia tekankan.
"Itu sebabnya, aku ingin melakukan sesuatu yang baik. Saya tidak mencari popularitas, tetapi saya ingin orang-orang tahu bahwa kami, orang Muslim adalah orang baik", tandasnya.
BACA JUGA Tak Hanya Ririn Ekawati, Nafa Urbach Rupanya Juga Diam-diam Idolakan Iqbaal Ramadhan
Sabariah melakukan semua ini tanpa dibayar.
Satu-satunya sumber penghasilannya adalah makanan yang ia jual setelah sholat Jumat di masjid Ummah, St Dominique.
Namun, selama bulan ramadan ini, Sabariah menghentikan aktivitas penjualannya untuk sementara.
Sabariah lahir di Johor Bahru, Johor yang merupakan sebuah provinsi di selatan Malaysia.
Di usia tiga tahun, Sabariah pindah ke Malaysia karena ayahnya menemukan pekerjaan lain di sana.
Rupanya, jiwa sosial yang ada di dalam diri Sabariah sudah tumbuh dari dalam keluarga.
BACA JUGA Demi Lebaran Bersama Sang Anak, Ringgo-Sabai Rela Lakukan Apapun
Dia adalah anak ketiga dari enam bersaudara.
Dengan rumah yang penuh sesak, keluarga Sabariah tumbuh dari delapan menjadi 18 karena mereka membuka pintu untuk semua orang.
Beberapa adalah anggota keluarga dan teman-teman seperjuangan menghadapi masa-masa sulit.
Mereka menghabiskan waktu bersama seperti keluarga lain.
Sebagian dari sukarelawan yang membantu Sabariah adalah mahasiswa dari Universitas Concordia dan McGill.
Ada pula orang-orang yang bertemu dengannya di masjid atau mendengar cerita Sabariah melalui media sosial.
BACA JUGA Bukan 'Mama' atau 'Papa', Ini Kata Pertama yang Diucapkan Anak Putri Titian
Wanita kelahiran Malaysia itu juga pernah memberikan kontribusi untuk Indonesia.
Yakni, ketika terjadi tsunami di tahun 2004, Sabariah bahkan sampai tidak tidur selama tiga hari demi melakukan penggalangan dana untuk korban tsunami di Indonesia.
Tak hanya itu, Sabariah juga bekerja sama dengan Human Concern International, sebuah badan amal Kanada-Muslim yang membantunya mendanai sebuah panti asuhan untuk penduduk Rohingya.
Sejauh ini, ia telah mengumpulkan dana sebesar 78 ribu dolar As dan masih membutuhkan 70 ribu dolar AS lagi untuk membeli dan merenovasi bangunan yang nantinya akan diubah menjadi panti asuhan.
Sabariah akan melakukan penggalangan dana pada 5 Agustus mendatang di kantor pusat Human Concern International yang terletak di Ottawa.
Sister Sabria memiliki mimpi sederhana.
Yakni memulai sebuah organisasi untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.
BACA JUGA Pilihan Gaya Fashion ala Bunga Citra Lestari dengan Busana Bernuansa Merah, Cantik Merona!
Seperti para tunawisma dan orang-orang yang benar-benar membutuhkan bantuan.
Dia akan senang jika melihat pemuda mengambil inisiatif ini.
Bahkan dan semua energi dan pengabdiannya, ia menyadari, mungkin sudah saatnya bagi orang lain mengambil alih pekerjaannya ini.
Tetapi Sister Sabria tahu itu bukanlah hal yang mudah.
Sampai hari itu, Sabariah akan terus memasak, menyumbang dan melakukan apa pun untuk membuat orang lain merasa aman.(*)
Profil Wicky Victor Olindo, Suami Yunita Siregar yang Punya Profesi Mentereng dan Berstatus Duda
Source | : | Montreal Gazette |
Penulis | : | Septiyanti Dwi Cahyani |
Editor | : | Septiyanti Dwi Cahyani |