Chronotype itu sendiri merupakan kondisi seberapa cepat atau seberapa lambat seseorang melakukan sinkronisasi dalam kurun waktu 24 jam sehari.
Singkatnya chrontype adalam ritme hidup kita setiap hari mulai dari bangun tidur di pagi hari hingga kembali tidur di malam hari.
Chronotype ini dinilai dari kebiasaan bangun di pagi hari, tidur lebih awal di malam hari atau rutinitas yang berlawanan.
Analisis dari studi ini dimulai pada tahun 2009, dan semua peserta bebas dari depresi.
(BACA JUGA: Makan Bawang Putih Maka Berat Badan Bisa Turun? Ini Fakta Sebenarnya!)
Saat itu, 37 persen peserta menyebutkan bahwa mereka bangun di pagi hari dan sisanya ada yang bangun terlambat dan sulit tidur di malam hari.
Studi ini menjelaskan bahwa orang yang terlambat bangun memiliki risiko tinggi mengalami depresi, ditambah lagi dengan pola hidup harian yang kurang sehat.
(BACA JUGA: Jakarta Sepi Saat Lebaran, Tina Toon: Seneng Banget sih!0
Dengan kata lain, jika kamu mengalami beberapa hal yang memengaruhi chronotype maka kondisi tersebut bisa meningkatkan risiko depresi. (*)
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya
Source | : | independent |
Penulis | : | Maria Andriana Oky |
Editor | : | Justina Nur L |