Harley menjelaskan, penting untuk dicatat bahwa penelitian ini dikatakan kurang akurat.
Pasalnya penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu orang peserta yang juga merupakan seorang pasien diabetes tipe satu.
Harley mengatakan pada Independent bahwa ia tidak mungkin menerapkan kesimpulan satu studi berdasarkan satu peserta saja untuk populasi yang banyak.
Salah satu kesalahpahaman umum seputar kedelai adalah bahwa kedelai menyebabkan ketidakseimbagan hormon, ungkap ahli gizi Nichola Ludlam Raine.
Raine berpendapat bahwa mitos ini biasanya berasal dari penelitian yang dilakukan pada hewan yang telah diberi dosis kedelai yang sangat tinggi.
( BACA JUGA :Yuk Lebih Dekat dengan Amalia Usmaianti, Dokter Muda yang Bertugas di Pedalaman Papua!)
"Padahal kita tahu bahwa metabolisme pada hewan dan manusia itu sama sekali berbeda", jelasnya pada Independent.
Sebagai contoh sebuah studi lintas referensi di tahun 2010 lalu menyatakan bahwa makanan kedelai tidak memiliki efek feminisasi pada pria.
Studi tersebut dipimpin oleh Dr Mark Messina, seorang direktur eksekutif Soy Nutrition Institute dan penulis buku berjudul The Simple Soybean and Your Health.
Messina juga turut menulis sebuah studi pada tahun yang sama menyimpulkan bahwa baik protein kedelai maupun isoflavon tidak memiliki efek pada hormon reproduksi laki-laki.
( BACA JUGA :DIY Masker Oatmeal yang Ampuh Atasi Jerawat, Coba Buat Sendiri yuk!)
Mengonsumsi kedelai adalah bagian dari diet yang sehatm teruatama bagi mereka yang mengikuti pola makan vegan.
Mengonsumsi produk kedelai secara teratur dalam kadar yang terkontrol juga dapat mengurangi kadar kolesterol. (*)
Viral, Pembeli Curhat Disuruh Bayar Biaya Pakai Sendok dan Garpu Saat Makan di Warung Mie Ayam, Nota Ini Jadi Buktinya
Source | : | independent |
Penulis | : | Maria Andriana Oky |
Editor | : | Irma Joanita |