Laporan Wartawan Grid.ID, Andika Thaselia Prahastiwi
Grid.ID - Media sosial di masa ini bukan lagi menjadi hal yang langka.
Hampir setiap orang di dunia memiliki satu akun media sosial.
Media sosial pada awalnya digunakan untuk bersosialisasi dengan orang lain yang jarang kita jumpai.
Entah karena terbatas waktu ataupun jarak tinggal.
Tapi media sosial sekarang sudah layaknya seperti kehidupan manusia pada umumnya.
Baca : Ini 4 Tanda Kamu Kurang Tidur, Salah Satunya Muncul Jerawat loh
Sering ditemui, hanya berjarak kamar dan ruang tamu dua orang saling berkirim pesan melalui fitur direct message.
Atau, kita juga bisa tahu kapan seseorang sudah bangun tidur dilihat dari waktu terakhir ia aktif membuka akun media sosialnya.
Media sosial memang sejatinya dimaksudkan untuk memberikan dampak positif.
Tapi terkadang penggunanya belum terlalu pintar untuk menyikapi fitur-fitur yang ditawarkan.
Walaupun hidup tanpa media sosial terkesan tidak mungkin, namun tawaran ini selayaknya harus kamu pertimbangkan sekarang juga.
Baca : 4 Cemilan yang Baik Dikonsumsi Setelah Berolahraga, Dijamin Nggak Bikin Gendut
Mengutip dari artikel terbitan laman Curiosity (18/6/2018), sebuah penelitian mengungkapkan bahwa media sosial sudah menjadi indikator mood dan level stress seseorang.
Eric Vanman dari University of Queensland, Australia, meneliti 128 orang pengguna aktif media sosial jejaring Facebook untuk mengetahui tingkat kepuasan hidup, level stress, dan mood mereka.
Bukan cuma dari perilaku dan aktivitas otak saja, tim peneliti juga mengambil sampel air ludah masing-masing partisipan untuk mengecek kadar hormon kortisol-nya.
Kadar hormon kortisol mampu mencerminkan tingkat stress seseorang.
Semakin tinggi kadarnya, maka semakin banyak pula produksi hormon kortisol pada tubuh.
Baca : Secara Ilmiah 5 Makanan Ini Ampuh Buat Kamu Bahagia loh, Apa Aja ya?
Dalam rangka penelitian ini, para partisipan dilarang keras untuk membuka maupun aktif dalam akun media sosial mereka dari platform Facebook.
Mereka juga diminta untuk memprediksikan kira-kira bagaimana hidup mereka 5 hari kedepan tanpa aktif di jejaring sosial Facebook.
Banyak yang mengatakan bahwa mereka akan merasa kosong akibat tidak bersosialisasi di Facebook.
Akhirnya setelah 5 hari, para partisipan ini kembali untuk 'melaporkan' apa yang mereka rasakan setelah hidup tanpa Facebook.
Mayoritas mengeluh karena kehidupan sosial mereka terhenti.
Baca : 4 Manfaat Timun yang Perlu Kamu Ketahui, Apa Saja ya?
Satu yang tidak mereka sadari, dalam tes yang sama juga ditemukan bahwa persentase produksi hormon kortisol mereka juga menurun dalam jumlah yang cukup signifikan.
Sebuah penelitian dari British Psychological Society Research Digest ikut memperkuat temuan ini.
Mereka menemukan bahwa ketika seseorang kehilangan akses pada akun media sosialnya, mereka akan cenderung lebih banyak melakukan aktivitas fisik.
Aktivitas fisik inilah yang berperan dalam menurunkan kadar hormon kortisol pada tubuh.
Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Happiness Research Institute di Kopenhagen, Denmark, pada 2015 lalu.
Baca : 9 Cara Usir Lemak Perut Agar Tak Buncit, Tanpa Harus Kelaparan
Hasilnya, 55% partisipan yang diminta menjauhi Facebook selama beberapa hari menunjukkan tingkat penurunan stress pada otak dan tubuh.
Sebenarnya, kamu tidak harus 100% meninggalkan aktivitas di media sosial untulk bisa mengurangi stress.
Sebuah penelitian di Australia mengungkapkan, bahwa sesungguhnya dengan mengurangi intensitas berselancar di media sosial saja sudah cukup mengurangi kadar stress seseorang dalam jumlah yang signifikan.
Gunakan media sosial seperlunya saja, dan perbanyak sosialisasi di kehidupan nyata agar otak kita menjadi lebih sehat. (*)
Viral Polisi Tembak Polisi, AKP Dadang Iskandar Nekat Tembak Juniornya hingga Tewas, Ternyata Sempat Beri Ancaman Ini ke Polisi Lain
Source | : | Curiosity |
Penulis | : | Andika Thaselia |
Editor | : | Andika Thaselia |