Satu studi tahun 2003 dari China, misalnya, menemukan kadar testosteron seorang pria tetap relatif stabil setelah ejakulasi.
Namun, jika dia bisa bertahan tidak berhubungan seks selama seminggu penuh, kadar testosteronnya bisa melompat hampir 45 persen pada hari ketujuh.
Sementara itu, penelitian serupa tidak menemukan lompatan kadar testosteron di antara orang-orang yang abstain, sebaliknya justru ditemukan testosteron cenderung sedikit meningkat setelah berhubungan seks.
Setiap olahraga memiliki efek berbeda. Tinjauan komprehensif pada tahun 2016 dari semua penelitian yang ada tentang seks dan kinerja atletik menemukan banyak data yang saling bertentangan dan kurangnya bukti kinerja secara umum dalam konteks berbagai jenis kompetisi.
"Mengingat berbagai olahraga, serta perbedaan metabolisme dan situasional yang berbeda, tidak mungkin bisa digeneralisasi,” ungkap penulis ulasan tersebut.
Jadi, tidak ada satu standar. Lakukan apapun yang kamu mau karena tidak masalah apakah seorang atlet berhubungan seks sebelum kompetisi. Dengan catatan bukan hubungan seks yang benar-benar menguras tenaga sebelum pertandingan.
Jadi jika merasa seks membuat rileks dan membantu fokus selama kompetisi, jangan sungkan untuk melakukannya.
Begitu juga jika kamu berpikir pantang berhubungan seks cukup membantu tetap agresif, tak masalah. Sebab, hingga kini belum ada cukup bukti untuk keduanya. (Kompas.com/Kahfi Dirga Cahya)
Alami Dispareunia Dalam Kehidupan Bercinta? 5 Hal Berikut Mungkin Jadi Salah Satu Penyebabnya
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul Benarkah Perlu Pantang Seks Sebelum Pertandingan Olahraga?
Viral Polisi Tembak Polisi, AKP Dadang Iskandar Nekat Tembak Juniornya hingga Tewas, Ternyata Sempat Beri Ancaman Ini ke Polisi Lain
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Rich |