Para pengungsi yang selamat menjelaskan, banyak di antara mereka yang tewas kelaparan serta kehausan saat melewati gurun Sahara.
Salah satu migran yang selamat untuk menceritakan kisahnya adalah Janet Kamara dari Liberia.
Dia tersesat di Sahara selama dua hari sebelum diselamatkan pasukan PBB.
"Semua orang sekarat dan menghilang karena mereka tidak tahu jalan. Saya kehilangan anak-anak saya," kata Kamara dengan nada lirih.
BACA : Cerita Pilu Korban Selamat KM Sinar Bangun, Nyawa Tertolong Karena Memeluk Helm
Sedangkan pengungsi yang selamat lainnya, Aliou Kande dari Senegal berujar tentara Aljazair mengangkut mereka dalam sebuah truk hingga ke tempat bernama Zero Point.
Sesampainya disana mereka dipaksa turun dari truk dan ditunjukkan arah menuju Nigeria.
Setelahnya pengungsi dibawah todongan senjata disuruh mengaruni gurun Sahara.
"Mereka sudah sangat menderita," ujarnya. Kelompoknya yang berisi sekitar 1.000 orang berjalan dari pukul 08.00 hingga 19.00 waktu setempat.
"Mereka sengaja membuang kami di padang pasir. Tanpa telepon, makanan, maupun uang," tutur Kande yang masih berusia 18 tahun itu.
Seorang migran lainnya, Ju Dennis mengaku merekam aksi aparat Aljazair melalui telepon genggamnya yang ia sembunyikan di balik pakaiannya.
"Deportasi yang dilakukan Aljazair tanpa ampun. Kami sudah melihat perbuatan mereka dan ingin menunjukkannya. Kami punya bukti," kata Dennis.
Al Jazeera memberitakan, tidak ada tanggapan dari pemerintah Aljazair atas pemberitaan itu.
Namun, mereka selalu bersikeras tidak melakukan pelanggaran kemanusiaan terkait membuang para pengungsi ke gurun Sahara.
Aljazair selalu menuduh pemberitaan tersebut sebagai kampanye jahat yang digunakan oleh negara tetangga untuk menjatuhkan mereka.(*)
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Source | : | Kompas.com,Al Jazeera |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |