Situasi ini diikuti dengan penurunan suhu yang memisahkan antara air permukaan yang hangat dan air kedalaman yang dingin.
"Selain itu, pada kedalaman ini terdapat gelombang dalam yang menutupi air dingin di kedalaman laut atau danau. Lalu cahaya tidak ada sama sekali pada kedalaman lebih dari 1.000 meter," ucapnya.
Menurutnya, dasar Danau Toba berada di kedalaman sekitar 500 meter, bukan 1.600 meter.
Banyak media yang salah menulis setelah alat pendeteksi kedalaman diturunkan ke danau.
"Tertulis 1.600, satuannya feet, tapi ditulis meter. Satu meter sekitar tiga feet, jadi kedalamannya sekitar 530 meter. Akhirnya menyesatkan dan masyarakat memahami salah," ujar dia.
Kembali ke foto bangkai KM Sinar Bangun yang beredar di media sosial, Sutopo mengajak semua orang untuk menggunakan logikanya.
Tidak mungkin mendapatkan foto kapal di dasar danau dalam keadaan gelap gulita.
BACA JUGA: Cerita Pilu Korban Selamat KM Sinar Bangun, Nyawa Tertolong Karena Memeluk Helm
Apalagi alat yang dipakai tim SAR gabungan dan penyelam tidak ada yang dapat menjangkau dasar danau di kedalaman 500-an meter.
"Logika saja tidak mungkin. Jadi begitu terima foto pakailah logika, apakah masuk akal atau tidak sehingga tidak menambah hoaks," tegasnya.
Lanjut dia, untuk meneliti kegelapan di kedalaman lautan atau danau dalam, manusia memerlukan alat modern.
Pada kedalaman lebih dari 20-30 meter, manusia tidak akan mampu menyelam tanpa alat bantu.
Sedangkan pada kedalaman 200 meter, manusia tidak akan mampu bertahan hidup.
Penyebab pertama, sinar cahaya terdiri dari tujuh warna seperti pada pelangi, yaitu ungu, nila, biru, hijau, kuning, oranye, dan merah.
"Cahaya akan mengalami pembiasan ketika menabrak air. Kalau saya jelaskan sampai spektrum cahaya ke perairan, bisa satu semester untuk memahaminya," katanya tertawa.(*)
Source | : | Kompas.com,Twitter |
Penulis | : | Dewi Lusmawati |
Editor | : | Dewi Lusmawati |