Barangkali pesan Sir Walter itulah yang pertama kali diingat Obote, ketika mendengar kudeta yang dilakukan Idi Amin dalam perjalanan pulangnya dari konferensi negara persemakmuran di Singapura, 25 Januari 1971.
Obote tidak pulang ke Kampala, ibu kota Uganda, melainkan ke Darussalam, ibu kota Tanzania, negara sahabatnya, Presiden Julius Nyerere.
Dua hari kemudian Idi Amin yang ketika itu sudah menjadi mayor jenderal membebaskan 50 orang tahanan politik yang semuanya ditahan tanpa alasan oleh Obote sejak 1966.
Tetapi ia melarang rapat umum dan kampanye politik.
(Baca Juga : Beda! Nyeri Dada Karena Penyakit Jantung Dan Gejala Asam Lambung)
Pemilu pun dijanjikannya paling tidak baru 5 tahun lagi. Ironisnya ia menyatakan, zaman kekejaman sudah berakhir dan mengajak rakyatnya menuju zaman persahabatan tanpa permusuhan.
Bulan Februari ia membubarkan parlemen dan mengambil alih semua kekuasaan eksekutif dan legislatif. Selain sebagai kepala negara, ia juga menteri pertahanan dan kepala staf angkatan bersenjata.
Orang Asia dibuat kalangkabut
Begitu Idi Amin memegang tongkat pimpinan, dalam sekejap Uganda menjadi salah satu negara paling terkenal di dunia.
Baru setengah tahun berkuasa, ia mengambil gebrakan baru yang membuat orang sedunia terkaget-kaget.
Pada bulan Agustus 1972 semua orang Asia warga negara Inggris (60.000 orang) diberi waktu 90 hari untuk angkat kaki dari Uganda.
Tindakan itu diambil bukan karena rasialisme tapi karena ia ingin memberikan "kemerdekaan yang sesungguhnya kepada rakyat Uganda".
Source | : | intisari online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |