Nah, seorang pengguna Twitter bernama Haryo Aswicahyono (@Aswicahyono) memberi penjelasan singkat akan hal tersebut.
Berikut cuitannya,
"Jadi nostalgia, teknik sipil, dapet pelajaran ngerancang jalan. ditugasi ngerancang jalan dari A ke B. Jalan raya itu ya mesti ngikutin kontur tanah, makanya kita alami jalan raya di perbukitan belak-belok. kalo lurus ya tanjakan/turunan terlalu tajam. atau tiang terlalu tinggi"
Ia juga melampirkan peta geodesi yang digunakan untuk pedoman membuat jalan di tanah berkontur tidak rata.
Beberapa pengguna Twitter yang mengerti masalah ini juga menimpali Haryo.
(Baca juga: Kembali Dipertemukan dengan Mandra, Wajah Munaroh Pemain 'Si Doel Anak Sekolahan' Jadi Sorotan Netizen)
Akun bernama ikal (@tehtjapkoentji), misalnya, menambahkan,
"Dan ada org yg hanya nyinyir, tanpa tau bahwa dia tdk tau... Mata kuliah "jalan raya 2" Alinemen vertikal dan horizontal, kecepatan rencana, radius tikungan, hitung gaya sentrifugal di tikungan, jarak pengereman, blm jg mikir daya dukung tanah, mungkin atau tdk dibangun ????"
Sementara akun NU Ngapak (@NUngapak) menambahkan,
"Ada juga yang nanya, knapa itu jalan tidak di aspal smua? Kan jd ga enak dipandang?
Sbg lulusan STM mesin produksi yg jelas bego soal kontruksi jalan raya, saya pikir itu berguna utk daya cengkeram ban karena tanjakan dan turunan.
Kalo salah, silahkan dibenerin."
Lika-liku Hidup Reza Artamevia yang Kini Dituding Bisnis Berlian Palsu, Dulu Diorbitkan Ahmad Dhani dan Pernah 2 Kali Masuk Bui
Source | : | |
Penulis | : | Chandra wulan |
Editor | : | Chandra wulan |