Laporan Wartawan Grid.ID, Chandra Wulan
Grid.ID - Empat orang warga meninggal akibat kelaparan di Pulau Seram, Kecamatan Seram Utara Kobi, Kabupaten Maluku Tengah.
Mereka adalah Lusirue (50), Laupia (60), dan dua balita yakni Asoka (2 bulan) serta Aiyowa (4).
Keempatnya merupakan anggota Suku Mausu Ane yang tinggal di pedalaman Pulau Seram, Maluku.
Bencana kelaparan terjadi sejak dua pekan terakhir setelah hasil perkebunan warga diserang hama tikus dan babi.
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, bantuan sudah mulai berdatangan dari pemerintah.
Dari Kodam XVI Pattimura dan Polda Maluku, Dinas Ketahanan Pangan hingga Dinas Sosial Maluku Tengah pun telah menyalurkan bantuan.
(Baca juga: Viral Isu Pelat Nomor Ganti Warna Putih, Ini Penjelasan Resmi Divisi Humas Polri)
Saking terpencilnya tempat tinggal suku tersebut, TNI membutuhkan waktu 8 jam berjalan kaki untuk mencapai titik pertemuan di tengah hutan.
Di antara paket bantuan itu adalah makanan, selimut, handuk, dan tikar.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maluku Tengah telah mendata warga suku terasing di pedalaman Pulau Seram tersebut.
Hingga saat ini, masih ada ratusan anggota Suku Mausu Ane yang tinggal di hutan di pedalaman Pulau Seram.
(Baca juga: Suhu di Dieng Mencapai Minus 5 Derajat Celcius, Air yang Keluar dari Paralon Jadi Bongkahan Es)
Di Indonesia, memang masih banyak suku yang tinggal di pedalaman.
Salah satunya Suku Mausu Ane ini.
Berikut tiga fakta tentang Suku Mausu Ane:
1. Tinggal di pedalaman dan masih menganut cara hidup nomaden
Berbeda dengan sebagian warga Indonesia yang memiliki tempat tinggal tetap, orang-orang Mausu Ane masih hidup dengan cara berpindah-pindah.
(Baca juga: Ruben Onsu Ceritakan Alasan Hanya Memiliki Satu Asisten Rumah Tangga Saja)
Mereka sudah bisa berkebun, namun tinggal di pedalaman Pulau Seram yang lokasinya sulit diakses.
2. Pernah berencana direlokasi pada tahun 2017
Musibah kebakaran melanda wilayah Pulau Seram pada tahun 2017.
Lahan pertanian suku Mausu Ane juga ikut terbakar.
Saat itu, Pemda Maluku Tengah berencana merelokasi mereka.
(Baca juga:Dikabarkan Putus, Ammar Zoni dan Ranty Maria Tetap Simpan Foto Mesra)
Namun, mereka menolak karena takut ada perusahaan yang masuk mengelola tanah yang didapat secara turun-temurun dari nenek moyang.
3. Belum bisa berbicara dengan bahasa Indonesia
Selain alasan nomor dua, kendala lain untuk merelokasi suku Mausu Ane adalah ketidakmampuan mereka memakai bahasa Indonesia.
Pemerintah masih harus menunggu hasil negosiasi Raja Maeno dengan mereka terlebih dahulu.
Jumlah mereka diperkirakan ada 45 kepala keluarga atau sekitar 175 jiwa.
(*)
Source | : | kompas,sbs.com.au |
Penulis | : | Chandra wulan |
Editor | : | Chandra wulan |