Grid.ID - Perang dagang Indonesia versus Amerika Serikat tampaknya semakin seru.
Terkadang perang dagang memang diperlukan supaya pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat 'dipaksa' maju ke arah yang positif.
Baru-baru ini tersiar kabar yang cukup membuat negara-negara di dunia bisa geleng-geleng kepala tentang apa yang hendak dilakukan Indonesia.
Dikutip dari Kontan.co.id, Rabu (8/8) Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sudah melakukan pembicaraan resminya dengan manufaktur pesawat kenamaan dunia, Boeing Amerika Serikat.
Enggartiasto yang berkunjung ke negeri Koboi itu pada Juli lalu menyatakan Indonesia berencana membeli 2.500 unit pesawat baru dalam jangka waktu 20 tahun kedepan.
BACA : Jarang Muncul Dilayar Kaca, Artis Ulfa Dwiyanti Hadir Membawa Kabar Duka
Jika kesepakatan itu terjadi maka bisa dipastikan Indonesia menjadi negara pertama importir pesawat terbesar Boeing di dunia.
Hal itu juga bisa memastikan keberlangsungan hidup perusahaan Boeing jika kesepakatan tercapai.
Namun Enggar juga mengungkapkan syarat lainnya jika Boeing ingin mendapatkan pesanan pesawat gila-gilaan itu.
Enggar meminta pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk memberikan pengecualian dari tarif impor baja sebesar 25 persen dan alumunium 10 persen yang dikenakan AS.
"Kunjungan ke AS saya tidak datang hanya untuk minta Generalized System of Preferences (GSP), tetapi kami mulai dengan pertemuan dengan Boeing melalui support airlines Lion Air," kata Enggar, Senin (6/8).
BACA : Pasangan Suami Istri di Jerman Dipenjara Karena Jual Anaknya
Hal itu juga didengar oleh pihak Boeing dan apabila diloloskan maka biaya produksi pesawatnya juga akan terpengaruh.
Bukan itu saja, Enggar juga menyebutkan syarat lainnya, yakni Boeing harus menggunakan bahan bakar Bioavtur yang bahan dasarnya dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS).
"Boeing basically mau dan bisa menerima itu, dan akan didiskusikan secara internal," kata Enggar.
BACA : Polisi Ungkap Terbongkarnya Misteri Penculikan Hasni yang Hilang Selama 15 Tahun
Sekali lagi jika kesepakatan tercapai maka ini adalah momentum baik bagi kedua negara yang bisa menjadi potensi kerjasama skala besar.
Belum diketahui rincian terdiri dari jenis apa saja rencana memesan 2.500 unit pesawat dari Boeing tersebut, sebab Indonesia memang membutuhkan tambahan pesawat baik sipil dan non-sipil.
(*)
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Source | : | kontan.co.id |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |