Sekira tiga minggu selepas proklamasi, Sukarno menyuruh Sayuti Melik mencari Tan Malaka.
Sukarno ingin bertemu karena ia mendengar bahwa Tan tengah berada di Jakarta.
(BACA JUGA :Doa dan Harapan Agus Harimurti Yudhoyono dan Annisa Pohan untuk Anaknya yang Ulang Tahun pada 17 Agustus)
Sebagai bagian dari golongan muda, Sayuti cukup tahu di mana Tan berada. Pertemuan pun diatur sedemikian rupa.
Dalam kesaksiannya yang pernah dimuat di Sinar Harapa 1976, Sayuti mengatakan bahwa Sukarno berpesan kepada Tan untuk mengganti posisi Sukarno jika ada sesuatu terjadi dengan dirinya dan Hatta.
Amanah Sukarno ditanggapi dengan biasa oleh Tan. Itu tertulis dalam memoarnya, Dari Penjara ke Penjara, Tan mengatakan, “saya sudah cukup senang bertemu Presiden Republik Indonesia, republik yang sudah lama saya idamkan.”
Kemerdekaan tidak menjadikan hidup Tan merdeka, ia tetap menjadi tokoh yang dikejar-kejar, bahkan oleh negara yang dicita-citakannya sendiri.
(BACA JUGA : Deddy Corbuzier Tuangkan Makna Kemerdekaan Lewat Video Pendek)
1949 Tan meninggal di ujung bedil tentara republik di seputaran Kediri, Jawa Timur.
Dan sampai mati, Tan tetaplah Bapak Revolusi yang sunyi. (*)
Artikel ini pernah tayang di Intisari.grid.id dengan judul "Tan Malaka, Sosok Sunyi di Balik Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945" (Moh Habib Asyhad/Intisari-Online)
Panggil Buah Hati dengan Sebutan Little Star, Ini Doa Rizky Febian Usai Mahalini Melahirkan Anak Pertama
Penulis | : | None |
Editor | : | Dwi Ayu Lestari |