Grid.ID - Seorang filmmaker independen dituntut tak hanya piawai dalam urusan produksi, tapi juga harus cekatan menangani distribusi. Docs by The Sea coba mengulurkan tangannya untuk itu.
Sebuah film tak hanya berhenti untuk diproduksi, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana karya itu bisa dipasarkan kepada khalayak.
Untuk sebuah rumah produksi yang sudah mapan, ini tentu bukan masalah besar karena mereka telah memiliki sistemnya sendiri.
Tapi lain halnya dengan pekerja film (filmmaker) independen, mereka harus putar otak lebih kencang untuk bisa menjangkau pasar seluas- luasnya.
Sementara kanal televisi belum banyak memberi ruang bagi para pembuat film independen dan lebih mengutamakan konten produksi tim internalnya.
Kondisi ini menjadi keprihatinan tersendiri bagi Amelia Hapsari, seorang sineas dokumenter.
Berangkat dari rasa cintanya pada film dokumenter, Amelia bertekad memajukan film dokumenter. Melalui In-Docs, Amelia dan rekan-rekannya kemudian merancang berbagai program dan mengajak para sineas muda untuk berkontribusi.
In-Docs sendiri merupakan lembaga nirlaba yang mendedikasikan diri untuk mentranformasi ekosistem dokumenter Indonesia sejak 2002.
Amelia bergabung pada 2012 dan dipercaya menjadi program director.
Kemudian sejak 2017, In-Docs dipinang oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk bekerjasama menyelenggarakan kegiatan Docs By The Sea, sebuah forum global yang menghubungkan para pembuat film dokumenter Indonesia dan Asia Tenggara dengan industri dan investor film dokumenter internasional.
Bagi perempuan asal kota Semarang ini, program kerjasama dengan Bekraf membuka kesempatan untuk memperluas jaringan industri internasional dan juga ekosistem industri film dokumenter di Indonesia.
“Strategi kami adalah membangun kemitraan strategis dengan ahli-ahli industri dan institusi internasional yang memiliki tekad dan visi yang sama dalam mendukung cerita-cerita terbaik yang mewakili perspektif yang beragam untuk membuka wawasan dan menginspirasi masyarakat,” tutur perempuan kelahiran 25 Juni 1979 ini.
Sebagai edisi perdana, pada 2017 lalu Docs By The Sea berhasil memfasilitasi empat co-produksi internasional, empat produksi televisi internasional, serta
terpilihnya enam film dokumenter Indonesia dan Asia Tenggara ke forum-forum dokumenter bergengsi dunia.
Tahun ini, Docs by The Sea akan memfasilitasi bentuk pendanaan baru untuk film dokumenter yang belum ada sebelumnya.
Perusahaan on-demand berbasis aplikasi, GO- JEK, berkolaborasi dengan Bekraf dan In-Docs akan menciptakan sebuah skema pendanaan untuk film dokumenter yang pertama di Indonesia.
Pendanaan yang diberi nama Docs By The Sea Co-Production Fund ini bertujuan mendorong lahirnya film- film dokumenter yang berkualitas melalui program mentorship, skema distribusi, dan pendanaan.
“Skema pendanaan ini baru pertama kali di Indonesia dan bisa diakses oleh para pembuat film dokumenter. Selama ini sangat susah dan hampir tidak ada,” beber Amelia.
Menurut Amelia, selama ini para sineas tak hanya kesulitan mencari funding untuk dokumenter, tapi juga menghadapi kesulitan untuk mendistribusikan karyanya di pasar lokal.
“Kita, sineas independen film dokumenter, sangat sulit mendistribusikan karya ke publik. Makanya kita biasanya pakai pemutaran film keliling, festival dan lainnya agar bisa dihargai,” ucap Amelia.
Kolaborasi ini diharapkan menjadi langkah awal yang nantinya bisa memancing bentuk pendanaan lain, sehingga dukungan bagi pembuat film dokumenter tak hanya pada insentif namun juga menaikkan kualitas.
Amelia berharap, ke depan kerjasama ini akan semakin kuat dan melahirkan wajah-wajah baru yang menambah warna khazanah film dokumenter di Indonesia.
“Semoga kerjasama dengan Bekraf semakin terorganisir, semakin profesional, dan semoga dampak dari program ini sangat luas jangkauannya, tak hanya dalam dunia film namun ekonomi dan masyarakat Indonesia pada umumnya,” pungkasnya.
(Adv)
Usai Buat Gaduh, Razman Nasution dan Firdaus Oiwobo Datangi MA untuk Minta Maaf