Laporan Wartawan Grid.ID, Veronica Sri Wahyu Wardiningsih
Grid.ID - Bagi pencinta Wiro Sableng, pasti sangat mengenal sosok Bastian Tito.
Wiro Sableng ialah karakter dalam novel karya dari Bastian Tito.
Pria yang lahir pada 23 Agustus 1945 itu merupakan ayah kandung dari aktor Vino G Bastian.
BACA JUGA: Sibuk Promo, Pemain Film Wiro Sableng Dukung Atlet Pencak Silat
Novel Wiro Sableng telah dicetak dari episode 1 hingga 185.
Namun pada tahun 2006, sang penulis wafat.
Meski telah tiada, karya Bastian Tito tak sirna begitu saja.
Ada beberapa komunitas yang mengabadikan karyanya lewat e-book maupun cosplay.
BACA JUGA: Produser Bocorkan Film Wiro Sableng: Ada Romantismenya Juga Lah
Pada tanggal 30 Agustus 2018 nanti, film Wiro Sableng juga akan tayang di bioskop Indonesia.
Tokoh Wiro Sableng sendiri diperankan oleh Vino G Bastian.
Berikut ini Grid.ID merangkum 5 fakta menarik mengenai sosok mendiang Bastian Tito dikutip dari Tribun Jabar.
Dalam menyelesaikan satu episode, rata-rata Bastian Tito menghabiskan waktu 3 minggu.
Pengetikan dilakukan oleh Bastian Tito sendiri.
Sedangkan proses pengeditan dan penyelesaian buku dilakukan oleh asistennya.
Sekali menulis serial Pendekar 212, biasanya Bastian Tito menyelesaikan sekaligus 2-3 buku.
BACA JUGA: Kece Banget! Film Wiro Sableng akan Tayang di Luar Negeri Nih
Waktu penerbitan buku episode baru di pasaran, tergantung stok cerita selanjutnya atau jumlah buku selanjutnya yang akan diterbitkan.
Apabila jumlah stok buku akan diterbitkan habis, sedangkan Bastian Tito masih dalam proses penulisan, biasanya terjadi keterlambatan terbit lebih dari 2 sampai 3 bulan.
Keterlambatan ini disebabkan lamanya waktu yang dihabiskan Bastian Tito untuk survei tempat-tempat yang dikunjungi untuk kepentingan penulisan.
BACA JUGA: Vino G Bastian Senang Wiro Sableng Masih Digemari Masyarakat
Untuk memperkuat dan menambah kualitas cerita, Bastian Tito langsung mengunjungi dan mensurvei tempat atau daerah yang akan ada di serial Pendekar 212.
Dalam satu tempat, Bastian Tito membutuhkan waktu 2 minggu hingga dirinya mengetahui adat, budaya, legenda maupun cerita-cerita masyarakat setempat.
Semuanya lalu dihubungkan dengan situasi, suasana alam, dan keadaan pada masa silam.
BACA JUGA: Vino G Bastian Senang Wiro Sableng Masih Digemari Masyarakat
Ke manapun Bastian Tito pergi, ia selalu membawa alat perekam.
Hal itu dilakukan guna untuk merekam semua yang dilihat dan didengar oleh Bastian Tito.
Apa yang dilihat maupun percakapan yang didengar Bastian Tito, kadang dituangkan ke dalam karyanya.
Jadi tak heran jika cerita yang dibangun Bastian Tito terasa benar-benar hidup.
BACA JUGA: Vino G. Bastian Ingin Kembalikan Karakter Wiro Sableng Seperti di Buku
Serial Wiro Sableng berhasil mencapai 2 kali orbit, tepatnya tahun 1989 dan 1994.
Buku yang berhasil orbit ternyata buku terbitan lama tapi dicari kembali dan laris pada tahun 1990-an.
Dua buku yang berhasil orbit berjudul Makam Tanpa Nisan (1989) dan Guci Setan (1994).
BACA JUGA: EKSKLUSIF: Suasana Seru Pemain ‘Wiro Sableng 212’ saat Ngobrol Bareng Grid.ID
Saat memiliki waktu senggang, Bastian Tito selalu menyempatkan diri untuk bermain catur.
Hal yang paling disukai Bastian Tito dari catur karena bidaknya selalu berwarna hitam dan putih.
Selain itu, yang paling utama ialah Bastian Tito menghabiskan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
BACA JUGA: EKSKLUSIF: Suasana Seru Pemain ‘Wiro Sableng 212’ saat Ngobrol Bareng Grid.ID
Bastian sudah gemar menulis semenjak duduk di bangku sekolah dasar kelas 3, namun baru pada tahun 1964-lah dia mulai mengumpulkan hasil karyanya dalam bentuk buku.
Di luar pekerjaan sebagai penulis, Bastian Tito memiliki gelar Master of Bussines Administration (MBA) yang disandang.
Ia juga pernah bekerja sebagai karyawan bagian purchasing di sebuah perusahaan swasta.
BACA JUGA: Eksklusif: Cuma di Wiro Sableng Vino G. Bastian Akan Totalitas Berakting
Bastian dikaruniai lima orang anak, salah satu anaknya, Vino Bastian juga mewarisi darah seninya, namun menjalani karier sebagai pemeran untuk film-film layar lebar Indonesia. (*)
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Okki Margaretha |