PM Mahatir cukup kecewa dengan pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak yang kebijakannya "mengacaukan" perekonomian Malaysia.
(BACA JUGA: Cuma Ratmi B-29 Satu-satunya Pelawak yang Dimakam di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Kok Bisa?)
Beralih ke Indonesia, mungkin nilai mata uang Indonesia lemah terhadap dolar AS.
Namun pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi terus meningkat.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara mengatakan target pertumbuhan ekonomi 2019 merefleksikan ekonomi Indonesia terus bergerak, laporan Kompas.com.
Pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pemerintah pada 2019 adalah 5,2 sampai 5,6 persen.
"Kami membuatnya sebagai sinyal bahwa perekonomian berjalan baik."
"Kami ingin realistis, tidak terlalu tinggi, tapi sebagai sinyal bahwa ekonomi bergerak," kata Suahasil saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Senin (2/7/2018).
Salah satu sinyal ekonomi Indonesia membaik dapat dilihat dari penerimaan pajak yang meningkat.
(BACA JUGA:Salut! Tarif Manggung Hingga Rp150 Juta, Via Vallen Malah Beli Anting Seharga Rp4 Ribu)
Mengutip dari Kompas.com, hingga akhir Mei 2018, penerimaan pajak mencapai Rp 484,5 triliun atau tumbuh 14,13 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Selain pertumbuhan ekonomi, pemerintah bersama DPR juga menyepakati asumsi makroekonomi lain untuk persiapan Rancangan APBN 2019, yakni perkiraan nilai tukar rupiah Rp 13.700 sampai Rp 14.000.
Lalu, suku bunga SPN 3 bulan sebesar 4,6 sampai 5,2 persen, Tingkat Pengangguran Terbuka 4,8 sampai 5,2 persen, tingkat kemiskinan 8,5 sampai 9,5 persen, gini ratio 0,38 sampai 0,39, serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 71,98.
Artikel ini pernah tayang di Intisari.grid.id dengan judul,"Kurs Ringgit Juga Anjlok, Ekonomi Malaysia Melemah, Ekonomi Indonesia Kok Malah Tumbuh Pesat?"
Penulis | : | None |
Editor | : | Nailul Iffah |