Bagi Dr. drh. Hery Wijayanto, MP., spesialis anatomi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, mengaku sudah membaca tentang kekhawatiran warganet di media sosial. Ia mendukung, gajah bukan untuk ditunggangi apalagi dikomersilkan.
Namun secara anatomi, dokter hewan sekaligus dosen itu meluruskan kabar tersebut. Menurutnya, yang dikhawatirkan oleh masyarakat adalah kemungkinan rusaknya tonjolan tulang di atas gajah atau yang disebut prosesus spinosus ketika gajah mengangkut beban atau manusia. Ia menerangkan, bukan hanya gajah yang memiliki tonjolan, tetapi semua hewan memilikinya.
"Kalau dibandingkan dengan kuda, justru kerusakan lebih mengkhawatirkan terjadi pada kuda yang dipakai untuk balapan lari dan harus melompat-lompat juga," kata Hery saat dihubungi lewat sambungan telepon, Kamis (16/8/2018).
BACA JUGA: Pandji Pragiwaksono Bikin Polling Soal Tingkat Keseraman Netizen dari 3 Medsos
"Bukannya saya membela orang yang menunggangi gajah, tidak. Kalau saya lihat dari sisi anatomi, karena saya orang anatomi, ketika gajah diberi dudukan dan ada dua sampai tiga orang duduk di atasnya, untuk seekor gajah tidak masalah. Kekuatannya luar biasa, termasuk struktur anatominya," imbuhnya.
(*)
Source | : | |
Penulis | : | Deshinta Nindya A |
Editor | : | Deshinta Nindya A |