Laporan wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati
Grid.ID - Perhelatan akbar Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta dan Palembang telah berakhir.
Panitia Asian Games 2018 menyuguhkan penampilan bertaraf internasional pada acara Opening dan Closing Ceremony-nya pada Agustus lalu.
Penampilan yang tak kalah memukau saat upacara pembukaan Asian Games dilakukan adalah penampilan para penari Ratoh Jaroe.
Melibatkan kurang lebih 1.600 penari yang menyajikan tarian Ratoh Jaroe dengan kecepatan berganti kostum dalam waktu singkat.
Para penari Ratoh Jaroe di Asian Games 2018 ini adalah para siswi berbagai sekolah di DKI Jakarta.
Belakangan, setelah sebulan lebih perhelatan Asian Games berlalu, isu soal honor menjadi perbincangan.
Dikutip dari Tribun Jatim, Isu tersebut bermula dari curahan hati seorang siswi dari SMA 23 Jakarta, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, yang menjadi penari tarian Aceh Ratoeeh Jaroe pada pembukaan Asian Games 2018.
Baca Juga : Tes Kepribadian : Hal Pertama yang Kamu Lihat Akan Ungkap Kondisi Hatimu yang Sesungguhnya Saat Ini
Pengakuan ini diutarakan oleh salah satu siswi yang turut menjadi penari Ratoeh Jaroe, inisial S (16).
Pengakuan S sampai saat ini pihak dari sekolah belum memberikan honor penari yang diperoleh dari INASGOC.
Dilansir Grid.ID dari Wartakota, S dan 82 temannya meminta kepastian mengenai honor tersebut.
Tetapi pihak sekolah justru menawarkan jalan-jalan dengan tujuan sebagai bentuk kenang-kenangan.
"Sama sekali belum terima (honor) itu dari sekolah. Enggak hanya saya, namun ada 82 teman saya lainnya di sekolah ini yang jadi penari saat pembukaan Asian Games juga belum dibayar"
"Ketika kami semua itu meminta kejelasan mengenai honor yang mereka terima dari sana (INASGOC) berkali-kali, pihak sekolah malah menawarkan jalan-jalan, cuman untuk kenang-kenangan," kata S seperti dikutip dari Warta Kota, Rabu (19/9/2018).
S menerangkan, ia dan 82 teman lainnya ogah menerima tawaran dari pihak sekolah.
Baca Juga : Rahasia di Balik Cincin Pangeran Charles yang Melekat Lebih dari 40 Tahun
Ia serta teman-temannya ingin mendapatkan honornya dalam bentuk tunai.
"Kami maunya uang tunai. Enggak mau jalan-jalan. Malahan katanya dana honor untuk membuat jaket. Enggak mau. Maunya tunai. Itu hak kami. Selama belasan hari, latihan menari dan itu dibayar per harinya," katanya.
Dikutip dari Bolasport.com, Rabu (19/9/2018), INASGOC menjelaskan jumlah uang operasional 15 dolar AS atau sekitar Rp 223.000 per-hari untuk satu penari.
Selanjutnya, INASGOC juga memastikan pembayaran uang operasional telah dilakukan sebanyak tiga kali, yakni pada April, Juni, dan terakhir 17 September 2018.
Semua bukti pembayaran kepada sekolah terdokumentasi dengan lengkap.
"Panitia sangat berterima kasih kepada penari, guru dan orangtua mereka yang telah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia," kata Sekretaris Jendral Inasgoc, Eris Herriyanto dikutip dari Kompas.com, Rabu (19/9/2018).
"Kerja keras dan penampilan penari tidak bisa dinilai dengan apa pun, tetapi apa yang telah dilakukan akan selalu abadi di hati dan benak seluruh rakyat Indonesia juga dunia," tambahnya.
Baca Juga : Nikmati Quality Time, Rizky Kinos Lebih Milih Ngurusin Burung
Sementara itu, dikutip dari Tribunnews, Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Pendidikan DKI Jakarta Bowo Irianto memberikan tanggapan terkait honor para penari Ratoeh Jaroeh di opening Asian Games 2018 yang dikabarkan bermasalah.
Diketahui honor yang sebelumnya telah dijanjikan belum sampai ke tangan para penari.
Padahal pihak pantian Asian Games 2018 yakni Inasgoc sudah serahkan ke pihak sekolah.
Besarnya uang yang harus diterima para penari yakni Rp 200.000 per orang sekali latihan baik yang dilakukan di sekolah, stadion atau tempat lain.
Bowo mengira pihak sekolah bisa saja tak mengetahui bahwa uang operasional tersebut rupanya sudah dikirimkan lantaran Inasgoc tidak mengkonfirmasi dulu.
"Mestinya dari Inasgoc kan memberitahu kepada Disdik juga kalau memang seperti itu. Kami memang sudah konfirmasi, bahwa katanya baru cair itu hari Senin kemarin dari Inasgoc," ujar Bowo Irianto di Gedung Dinas Teknis, Rabu (19/9/2018).
Saat ini ia sedang meminta data dari pihak Inasgoc sekolah mana saja yang sudah diberikan uang operasional tersebut.
Baca Juga : Nikmati Quality Time, Rizky Kinos Lebih Milih Ngurusin Burung
Sehingga pihak Pemprov DKI Jakarta sendiri bisa segera menelusuri apabila benar terjadi permasalahan atau tidak.
"Makanya l kami sedang meminta data kepada Inasgoc, sekolah mana saja yang mereka transfer. Sehingga kami bisa membantu untuk menelusuri. Kan begitu. Sementara (ini) kita nggak tahu. Kita menunggu," kata Bowo.
Diketahui, tarian Ratoeh Jaroe melibatkan sebanyak 2.000 penari yang berasal dari 18 sekolah di Provinsi DKI Jakarta yaitu SMA 70, SMA 6, SMA 3, SMA 71, SMA 82, SMA 66, SMA 4, SMA 68, SMA 78, SMA 23, SMA 49, SMA 34, SMA 48, SMA 90, SMA 46, SMA 24, SMA Angkasa 1 Halim dan SMA Dian Didaktika.
SMA 23 Jakarta, yang merupakan tempat siswa berinisial S menuntut ilmu, akhirnya angkat bicara.
Wakasek bagian kesiswaan SMA 23 Jakarta, Edi Susilo menegaskan pihak sekolah baru menerima transferan ketiga dari pihak Lima Arus selaku Event organizer yang menangani Asian Games pada 18 September 2018 malam.
"Pihak sekolah itu baru diberitahu ada transferan dari Lima Arus itu semalam. Karena kan kita berhubungannya melalui Lima Arus enggak terlibat langsung ke INASGOC," kata Edi saat ditemui di SMA 23 Jakarta, Rabu (19/9/2018).
Edi mengatakan pihak Lima Arus memang telah melakukan kesepakatan dengan para siswi dan pihak sekolah terkait uang yang akan diberikan.
Baca Juga : Jung Eun Ji Apink Siap Comeback Solo dengan Full Album, Catat Tanggalnya!
Total ada 83 siswi SMA 23 Jakarta yang menjadi penari Ratoh Jaroe terdiri dari 75 penari inti dan 8 penari cadangan.
Namun, dalam kesepakatan itu, ia menyebut uang tersebut bukanlah uang honor melainkan uang operasional selama para siswi berlatih menjelang Asian Games.
"Memang ada perjanjian kita akan dikirim uang selama tiga kali. Namun didalam perjanjian itu sama sekali tidak ada kata-kata honor, hanya operasional," ujarnya.
"Jadi uang itu kita gunakan untuk keperluan anak-anak selama latihan, baik itu untuk transportasi, makan dan lain sebagainya," tambah Edi.
Edi mengatakan terhitung sejak Mei 2018 total sebanyak 12 kali siswinya berlatih di GBK plus satu kali tampil saat pembukaan Asian Games.
Disanalah, uang operasional itu digunakan untuk keperluan transportasi, makan dan snack bagi para siswa.(*)
Source | : | tribunnews,bolasport,Wartakota,Tribun Jatim |
Penulis | : | Dewi Lusmawati |
Editor | : | Dewi Lusmawati |