China memiliki tingkat utang yang relatif stabil sampai krisis keuangan tahun 2008, ketika 12,5 persen PDB dihabiskan untuk meningkatkan ekonominya.
China mengambil pinjaman untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, hingga nilai pinjaman tersebut mencapai $ 1,88 triliun (Rp27.961 triliun) dalam pinjaman tahun 2016.
Jumlah utang yang besar memicu kekhawatiran tentang risiko keuangan China.
Hal itu membuat pemerintah berjanji akan membatasi cepatnya peningkatan utang tahun 2017.
Sejak itu, utang China terhadap PDB terus tumbuh menjadi sekitar 250 persen atau sekitar $ 28 triliun (Rp416.451 triliun) menurut DBS dan CEIC.
Baca Juga : Jadi Idola Shakira Aurum, Ayu Ting Ting Tidak Bisa Beli Rumah Denada
Sebenarnya otoritas China telah berusaha mengendalikan utang negara itu, namun ketika perang dagang terjadi berlarut-larut, China nampaknya menggunakan investasi untuk meningkatkan ekonominya lagi.
Tak hanya perang dagang, efek banyaknya populasi tua pun turut berkontribusi pada turunnya perekonomian China.
Menurut laporan IMF (Dana Moneter Internasional) 2017, tren demografi dapat mengurangi 0,5 hingga 1 poin presentase dari pertumbuhan PDB tahunan selama 3 dekade berikutnya.
Hal ini terjadi negara-negara pasca-dividen seperti China dan Jepang.
Artikel ini pernah tayang di Intisari.grid.id dengan judul,"Bukan Hanya Perang Dagang, Memburuknya Ekonomi China Juga Disebabkan Hal Lain"
5 Rekomendasi Film Natal Romantis untuk Ditonton Bareng Ayang, Warnai Libur Akhir Tahunmu dengan Cinta
Penulis | : | None |
Editor | : | Nailul Iffah |