"Saya liat mereka mulai melek tentang bisnis yang semula stagnan sekarang mulai melek tentang bisnis, karena kita juga terus ajak masayarakat untuk terlibat, ini kan jadi lapangan kerja juga buat mereka, awalnya masyarakat sini hanya kerja serabutan aja. tapi setelah adanya usaha BUMDes kesejahteraan masyarakat jadi meningkat," terangnya.
Peningkatan kesejahteraan petani kopi itu diakibatkan oleh harga jual kopi yang lebih tinggi setelah diolah.
"Awalnya harga kopi kisaran 7 ribu per kilogram sebelum diolah, setelah diolah jadi 90 ribu," ujar Risma.
Salah seorang petani kopi di Desa Cupunagara bernama Abah Cucu mengatakan ia sangat terbantu dengan adanya BUMDes, ia yang dulu menjual hasil dari perkebunan kopi miliknya ke tengkulak dengan harga rendah kini dibeli BUMDes dengan harga yang lebih tinggi, otomatis kesejahteraanya dan para petani kopi lainnya di desa berpenduduk 4.957 jiwa itu meningkat.
"Dulu dijual ke tengkulak sebelum saya mengerti tentang kopi saya jual ke tengkulak saja. sekarang kita dibeli semua sama BUMDes. harganya lebih tinggi dibeli sama BUMDes," ujar Abah Cucu yang mulai menanam kopi arabica sejak tahun 2014 tersebut.
Abah Cucu terlihat sangat senang dan antusias saat membicarakan keberadaan BUMDes yang memberdayakan para petani kopi di Desa Cupunagara, kini ia pun dapat membuka pekerjaan buat orang lain, hal lain yang ia rasakan setelah adanya BUMDes ia dan para petani kopi lainnya mendapat pelatihan markering.
"Dengan adanya BUMDes kita dibantu karena kita awam di pemasaran marketing, peningkatan kesejahteraan berasa, kalau dulu penghasilan 1,5 juta per bulan sekarang jadi 2 juta dan bisa pekerjakan orang lain juga yang membutuhkan pekerjaan," terang Abah Cucu.
Kopi Canggah asal Desa Cupunegara telah memiliki pelanggan tetap dari berbagai kedai kopi.
Angga Maulana, dan Deden Aditya Ramadhan dari Cafe BlackHood Subang, adalah pelanggan setia Kopi Canggah.
Ia mengatakan Kopi Canggah dari Desa Cupunegara memiliki kelebihan dari kopi di Jawa Barat lainnya, hal itu membuat Cafe BlackHood memilih Kopi Canggah sebagai menu utama yang dikenalkan kepada para penikmat kopi.
"Kalau misal dari rasa untuk kopi Canggah beda dengan kopi jawa barat lainnya jadi bikin penasaran orang, kita di kedai cuma pakai kopi canggah," ujar Angga Maulana pemilik Cafe BlackHood.
"Kalau saya sih optimis Kopi Canggah bakal berkembang, saya kenalin ke Bandung kalau untuk respon untuk rasa ini manis dan unik beda dari kopi jawa barat yang lainnya," sambungnya.
BUMDes Mukti Raharja, kedepannya ingin terus melihat potensi desa yang dapat dikembangkan, rencananya BUMDes juga akan membuat sebuah Packing House dimana hasil perkebunan warga akan dikemas terlebih dahulu lalu dijual ke pasaran sehingga harga menjadi lebih tinggi.
"Rencana kedepan kita bakal membangun unit usaha yang lain di pertanian Tomat Selada, Buncis, Kol, Terong Jepang, Kol, Kentang, Ubi, kita buat packing house hasil kebun dijual ke end user," tutur Ketua BUMDes, Risma Wahyuni Hidayat.
Desa Cupunagara juga memiliki potensi wisata yang potensial untuk dikembangkan, saat ini warga bergotong royong membangun kawasan Puncak Eurad sebagai objek wisata di desa mereka.
Atas berbagai kemajuan dan peningkatan kesejahteraan yang dirasakan masyarakat desa yang ia pimpin, Kepala Desa Cupunagara, memberikan pujian atas program Dana Desa yang disalurkan ke desa desa terpencil seperti Cupunagara.
"Luar biasa setelah ada program Pak Jokowi Nawacita membangun dari pinggiran luar biasa dampaknya terhadap pembangunan di desa. Dari jalan yang udah di aspal, dari kebun pentani kita lebih diberdayakan, masyarakat lebih sejahtera," pungkasnya.
(*)
Nyesek, Abidzar Al Ghifari Sampai Lakukan Ini Demi 'Hadirkan' Mendiang Uje di Pernikahan sang Adik, Umi Pipik Auto Mewek
Penulis | : | Lalu Hendri Bagus Setiawan |
Editor | : | Okki Margaretha |