Penyurutan ini bisa mencapai puluhan hingga ratusan meter. Karang-karang sontak bermunculan dan ikan-ikan bergeleparan kehilangan tempat hidupnya.
Kedua, yang belakangan disimak saksi peristiwa tsunami Pangandaran, Jawa Barat (Senin, 17/7/2006), adalah munculnya suara dentuman keras dari arah laut disertai menyeruaknya kabut (semacam awan) yang memanjang ke atas.
Dentuman ini tak selalu ada, namun dimungkinkan oleh efek rekahan yang dahsyat.
Pratanda kedua bersifat memperkuat yang pertama. Jika pratanda seperti ini muncul, larilah segera menjauh ke tempat yang lebih tinggi.
Penyurutan ini dalam beberapa menit akan terisi lagi oleh air dalam volume besar.
Baca Juga : Pekan Raya Indonesia 2018 Sediakan Aneka Mainan Tradisional Untuk Anak-anak
Air biasa meluber ke daratan dan menjalar hingga hingga ratusan meter, menerjang apa saja dan setelah mencapai titik maksimal akan berbalik lagi ke laut.
Jadi. Seperti juga gempa, tsunami pun sesungguhnya peristiwa yang alamiah saja.
Namun demikian, tidak semua gempa di dasar laut bisa menghasilkan tsunami.
Tsunami baru dimungkinkan muncul rekahan yang terjadi menimbulkan gempa berkekuatan minimal 5 Skala Richter. (*)
Artikel ini pernah tayang di Intisari.grid.id dengan judul,"Gempa Donggala - Tsunami Adalah Anak Bungsu Gempa yang Lahir Membawa Bencana"
Penulis | : | None |
Editor | : | Nailul Iffah |