"Tanpa lihat langsung ada harimau atau tidak itu kan hoax. Makin lama, dalam perjalanan evolusi, orang-orang dengan otak konspiratif itu lebih gampang hidup dari pada orang yang ingin tahu terus," kata Roslan.
Maka orang yang percaya hoax bakal lebih mudah meneruskan ke keturunannya mengenai sifat mudah percayanya.
Dengan demikian, manusia yang selalu ingin tahu lebih sedikit hidup di bumi.
"Itu berjalan secara sains, kenapa lebih banyak orang yang penggemar hoax daripada yang tidak. Makin mengancam hoax, makin gampang diterima," ucap Ruslan.
Namun kini situasi sudah berbeda jauh dari zaman purba.
Akan tetapi hoax masih ada di tengah-tengah masyarakat.
Baca Juga : Hanya di Amerika Serikat, Buruh Pabrik Bisa Kerja Sambilan Jadi Pilot Pesawat Tempur
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |