Grid.ID - Berita palsu, tipu-tipu alias hoax begitu ramai di jagat dunia maya.
Namun siapa sangka jika hoax pernah berperan dalam meningkatkan keselamatan hidup manusia.
Seperti dikutip dari Kompas.com, Selasa (2/10) hal ini diungkapkan oleh dokter spesialis bedah saraf dr Roslan Yusni Hasan, SpBS.
Yusni mengutarakan jika sebuah berita hoax makin mengancam maka makin mudah dipercaya.
Baca Juga : Update Gempa Donggala : Presiden AS Donald Trump Kirim Bantuan ke Indonesia
"Secara evolusioner, manusia bisa bertahan karena hoax. Makin mengancam, hoax itu semakin dipercaya," ujarnya.
Misalnya saat nenek moyang manusia melihat semak yang bergerak, situasi terancam pun munculdi benak mereka.
Imajinasi akan hal buruk yang akan terjadi bakal menganggap jika dibalik semak belukar itu ada hal yang membahayakan keselamatannya.
Tanpa mengonfirmasi lebih dulu, akhirnya ia lari demi menghindari menjadi santapan pemangsa yang belum jelas juntrungnya itu.
Namun sebaliknya, jika ia memilih untuk ingin tahu apa yang ada dibalik semak-semak maka nilai ia selamat menjadi lebih kecil.
"Tanpa lihat langsung ada harimau atau tidak itu kan hoax. Makin lama, dalam perjalanan evolusi, orang-orang dengan otak konspiratif itu lebih gampang hidup dari pada orang yang ingin tahu terus," kata Roslan.
Maka orang yang percaya hoax bakal lebih mudah meneruskan ke keturunannya mengenai sifat mudah percayanya.
Dengan demikian, manusia yang selalu ingin tahu lebih sedikit hidup di bumi.
"Itu berjalan secara sains, kenapa lebih banyak orang yang penggemar hoax daripada yang tidak. Makin mengancam hoax, makin gampang diterima," ucap Ruslan.
Namun kini situasi sudah berbeda jauh dari zaman purba.
Akan tetapi hoax masih ada di tengah-tengah masyarakat.
Baca Juga : Hanya di Amerika Serikat, Buruh Pabrik Bisa Kerja Sambilan Jadi Pilot Pesawat Tempur
Penyebaran hoax bahkan menjadi lebih mudah sekarang karena adanya media sosial.
Salah satu contohnya adalah informasi mengenai penyakit stroke yang untuk pertolongan pertamanya, seseorang dianjurkan menusuk jari penderita stroke dengan jarum.
Tapi nyatanya tak ada anjuran medis terkait hal tersebut.
“Ditusuk-tusuk jarum itu tidak ada ilmiahnya sama sekali," ujar Roslan.
Roslan melanjutkan, (lalu) kalau bilang kemoterapi bikin orang makin sakit, itu bisa pengaruh ke nyawa seseorang.
"Memang prosesnya menyakitkan, tapi kalau orang menghentikan kemo kan bisa meninggal jadinya," tambahnya.
Tentu jika kita mendapati sebuah pemberitaan dan meragukan kebenarannya, maka biasanya selalu cari info di Google.(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |