Menurut Rachmat, penyebab utamanya adalah pengetahuan pelajar tentang kesehatan masih minim, ditambah lagi pendidikan seks masih dianggap tabu di Indonesia.
"Sehingga banyak remaja tidak mengetahui akibat dari perilaku seks yang berisiko, yang mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan,” Rachmat Cahya Aji menambahkan.
Pihak PKBI Lampung sebenarnya telah membuka kesempatan konseling kepada para pelajar yang ingin bertanya soal masalah seksual.
Rachmat Cahya Aji mengungkapkan sesi konseling tersebut turut menguak fakta yang tak kalah mengejutkan tentang perilaku seks di kalangan pelajar di Lampung.
Sebanyak 20 persen dari seluruh pelanggan pekerja seks di Lampung ternyata berasal dari kalangan pelajar SMA.
Baca Juga : Siswi di Kenya Rela Lakukan Hubungan Badan Demi Mendapatkan Pembalut
"Bahkan sekarang itu, banyak pelajar SMA yang ke lokalisasi. Bahkan, 20 persen pelanggan pekerja seks itu adalah pelajar SMA. Jadi dari 10 pelanggan seorang pekerja seks, itu 2 orang di antaranya adalah pelajar. Mereka itu awalnya ingin coba-coba, tahu dari teman, sampai ada yang langganan meski jarang-jarang. Bahkan ada pelajar yang pacaran sama pekerja seks," kata Rachmat seperti dilansir Tribun Lampung.
Tarif pekerja seks di Lampung sendiri cukup bervariasi, mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.
Mengingat pelajar umumnya memiliki dana yang terbatas sehingga tak jarang mereka memilih pekerja seks yang telah berumur agar mendapat tarif yang lebih murah.
Akibatnya, sebagian dari mereka ada yang terkena penyakit seksual menular, seperti seperti sifilis dan kencing nanah.
Atas temuan PKBI Lampung tersebut, Toni Fiser selaku Ketua Komnas Perlindungan Anak Lampung mengaku prihatin dan kaget.
Source | : | Tribun Lampung |
Penulis | : | Puput Akad Ningtyas Pratiwi |
Editor | : | Puput Akad Ningtyas Pratiwi |