Baca Juga : Yuk Intip Harga Tiket Asian Para Games 2018 dan Dapatkan Diskon 50%
Banyak publik yang bersimpati dengan keberadaan paus ini dan meminta pemerintah untuk melakukan sesuatu.
Jurnalis sains New York Times, Andrew Revkin, mengatakan bahwa jurnal penelitian mengenai paus ini sangat menarik hingga mampu menyentuh emosi manusia.
"Menarik bukan? Bagaimana kisah seekor paus yang kesepian karena memiliki perbedaan frekuensi suara dapat membuat banyak orang ikut emosi," kata Revkin melalui kolomnya.
Kisah paus yang kesepian ini telah menjadi inspirasi banyak pihak.
Pada artikel yang diterbitkan Majalah Atavist pada tahun 2014, kisah Whalien 52 teah berhasil menginspirasi pada musisi dan artis untuk membuat karya berdasarkan kisah hidupnya.
Whale 52 menjadi frasa simbol mengenai kesepian yang menyayat hati.
Baca Juga : Gempa Donggala, RSTKA Kapal Pertama yang Sandar di Lokasi Bencana
Seorang penulis lagu anak di Michigan, Amerika Serikat, menulis lagu tentang kisah paus 52 yang hidup kesepian di bawah laut.
Band Rock asal Inggris, Dalmatian Rex and the Eigentone telah membuat lagu berjudul “The Loneliest Whale in The World” untuk mengenang paus kesepian itu.
Penulis asal Jerman Agnieszka Jurek juga menulis buku bergambar anak-anak, berjudul 52 Hertz Wal. (*)
Source | : | Washington Post,YouTube |
Penulis | : | Tata Lugas Nastiti |
Editor | : | Tata Lugas Nastiti |