Beda halnya, saat dan setelah mengalami likuifaksi, terlihat dalam rekaman citra satelit, semua bangunan di Petobo ikut terseret, sontak warna dalam video rekaman berubah menjadi coklat.
Mengutip dari laman kompas.com bahwa likuifaksi itu sendiri merupakan proses berubahnya perilaku lapisan batu pasir akibat getaran.
Baca Juga : Kisah Haru Korban Selamat Fenomena Likuifaksi Gempa Palu, Sempat Terbawa Tanah dan Kehilangan Istri
Penjelasan ini diungkapkan oleh seorang ahli geologi, Rovicky Dwi Putrohari pada kompas.com, Minggu (30/9/2018) lalu.
Rovicky menjelaskan bahwa "perubahan perilaku ini terjadi ketika pasir yang butirnya lebih kecil atau halus naik ke atas dan bercampur dengan air."
Dengan kata lain, video tersebut sebenarnya menampilkan air bercampur pasir dan bukan lumpur.
Melansir dari laman time.com survei geologi AS menjelaskan likuifaksi sebagai proses yang terjadi ketika tanah yang jenuh air, terguncang oleh gempa bumi akan berubah menjadi lebih cair.
Tanah akan kehilangan kemampuannya untuk menopang strukutur bangunan seperti gedung atau rumah.
Baca Juga : Melalui Pasha, Ariel Noah Sampaikan Belasungkawa Untuk Korban Gempa Palu
Goncangan gempa bisa menyebabkan tanah yang terbawah oleh air berisolasi seperti gelombang, dan membuat bangunan akan terseret ke arah daerah yang lebih landai.
Proses likuifaksi inilah yang terjadi pada tanah di daerah Petobo dan menyebabkan rumah - rumah dan bangunan disekitarnya seperti tertelan bumi usai gempa Palu terjadi.
Rekaman citra satelit terhadap proses likuifaksi tanah di daerah Petobo tersebut memberikan gambaran dan yang cukup jelas tentang fenomena geologi likuifaksi. (*)
Source | : | Kompas.com,Kompas TV,times.com |
Penulis | : | Maria Andriana Oky |
Editor | : | Maria Andriana Oky |