Laporan Wartawan Grid.ID, Chandra Wulan
Grid.ID - Seperti Jepang, Indonesia juga ternyata memiliki simulator gempa.
Sayangnya, simulator ini hanya terdapat di museum di Taman Pintar Yogyakarta.
Hal ini terungkap dari tayangan Mata Najwa - Bangsa Sadar Bencana.
Dalam acara tersebut, hadir Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
Tak ketinggalan pula Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho.
Dalam kesempatan ini Najwa Shihab mempertontonkan sebuah video yang menunjukkan mobil simulator gempa di Jepang.
Baca Juga : Citra Satelit Ungkap Kondisi Petobo Sebelum dan Sesudah Likuifaksi Usai Gempa Palu
Mobil tersebut rajin berkeliling.
Siapapun boleh mencoba 'sensasi' gempa dalam mobil simulator.
Bukan untuk bersenang-senang, tentu saja.
Melainkan untuk belajar mitigasi bencana dari hal-hal terkecil sekalipun.
Misalnya, menyelamatkan diri dengan sembunyi di bawah meja saat gempa terjadi.
Najwa Shihab lalu menanyakan kepada Dwikorita, Sutopo dan Kepala Basarnas Muhammad Syauqi, apakah sudah ada teknologi serupa di Indonesia?
Baca Juga : Pasha Ungu Rela Jadi Sopir Demi Distribusikan Bantuan ke Posko-posko Korban Gempa di Palu
Dwikorita menjawab sudah ada.
Satu di Museum Taman Pintar Yogyakarta.
Satunya lagi milik BMKG namun tidak dijelaskan lokasinya.
Padahal, kemampuan tanggap darurat bencana bisa dipelajari lewat sarana seperti simulator tersebut.
Dalam acara ini, Sutopo mengungkapkan bahwa setiap kota/kabupaten harus menyediakan anggaran untuk gladi nasional bencana.
Tujuannya agar masyarakat bisa lebih siap ketika dihadapkan dengan bencana.
Baca Juga : Tasya Kamila dan Suami Kompak Ikut Bantu Korban Gempa dan Tsunami Palu
Gladi ini idealnya diikuti oleh TNI, Basarnas, dan masyarakat umum.
Sutopo menambahkan bahwa anggaran dari pemerintah masih sangat sedikit untuk mitigasi bencana.
"Untuk pra-bencana idealnya 1% dari APBN/APBD.
Fakta di daerah hanya 0,002%.
Padahal daerah rawan bencana.
Dana BMKG, BNPB dan Basarnas turun terus setiap tahun, bahkan dipotong di tengah-tengah," ungkap Sutopo.
Baca Juga : Segera Berangkat ke Palu, Dorce Gamalama Ingin Adopsi Anak Korban Gempa
Sementara itu Kepala Basarnas Muhammad Syaugi berharap Indonesia punya lebih banyak helikopter.
Kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan akan lebih mudah diakses menggunakan helikopter, terutama untuk tanggap darurat bencana.
Selain itu, Indonesia juga membutuhkan kamera satelit yang dapat memantau kondisi tanah air selama 24 jam setiap hari sepanjang tahun.
Dilansir dari Tribun Jateng, Indonesia mengalami rata-rata enam ribu gempa per tahun.
Intensitas ini mestinya juga diimbangi dengan pelatihan prabencana hingga tanggap darurat bencana.
Belum lagi, rumah-rumah di Indonesia juga minim konstruksi tahan gempa.
Baca Juga : Galang Dana untuk Gempa Palu, 100 Musisi Berhasil Kumpulkan Donasi Lebih dari Rp 17 Miliar!
Akibatnya, setiap terjadi gempa ada banyak sekali kerusakan bangunan yang menimbulkan korban jiwa.
(*)
Source | : | YouTube,Tribun Jateng |
Penulis | : | Chandra Wulan |
Editor | : | Chandra Wulan |