Grid.ID - Beredar berita soal teh celup SariWangi mengalami bangkrut.
Terkait hal tersebut, PT Unilever Indonesia yang jadi pemilik brand teh celup itu angkat bicara.
Melalui berita tertulis yang diterima Grid.ID, PT Unilever Indonesia memastikan bahwa teh celup SariWangi nggak bangkrut.
Ditegaskan pula bahwa 2 perusahaan yang dinyatakan pailit itu, bukan bagian dari PT Unilever Indonesia.
Baca Juga : Dinyatakan Pailit dan Terlilit Hutang, Berikut Penampakan Pabrik Teh Sariwangi di Bogor yang Tak Terurus
PT. Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) dan PT. Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung (MPISW) yang dinyatakan pailit itu, pernah menjadi rekanan usaha Unilever untuk memproduksi merek teh SariWangi.
Saat ini PT Unilever Indonesia sudah tidak memiliki kerjasama apapun dengan PT. Sariwangi Agricultural Estate Agency.
Dengan ini pula, PT Unilever Indonesia menegaskan bahwa teh celup SariWangi tetap produksi dan terus bisa bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia.
NAMA PERUSAHAAN SAMA
Berita yang beredar sebelumnya menyebutkan bahwa PT. Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) dan PT. Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung (MPISW) dinyatakan pailit oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Baca Juga : Perusahaan Teh Sariwangi Dinyatakan Pailit
Penyebabnya adalah terkabulnya permohonan pembatalan homoglasi dari PT Bank ICBC.
Dari berbagai sumber menyebutkan Majelis Hakim menyatakan keduanya bangkrut setelah mempertimbangkan dan membuktikan jika Sariwangi dan Indorub lalai menjalankan kewajiban sesuai rencana perdamaian proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Beberapa waktu lalu juga beredar, bangkrutnya 3 perusahaan legend di Indonesia.
Baca Juga : Sariwangi Teh Celup Pailit, Berikut 3 Perusahaan Legendaris Indonesia yang Juga Didera Kebangkrutan
1. Pabrik jamu Nyonya Meneer
Pionir jamu Indonesia, Nyonya Meneer yang sudah malang melintang juga dinyatakan bangkrut.
Hal ini setelah Pengadilan Negeri Semarang pada 3 Agustus 2017 lalu menyatakan PT Nyonya Meneer Pailit.
Pabrik jamu yang berdiri sejak 1919 ini memiliki utang sebesar Rp 7,4 miliar.
Sejumlah fakta lain juga mengungkap jikalau perusahaan jamu legendaris ini tak mampu membayar kewajibannya sesuai perjanjian.
2. Batavia Air
Sempat berjaya pada masanya, maskapai penerbangan dalam negeri, Batavia Air menyatakan bangkrut pada 2003 silam.
Hal iini lantaran Batavia Air memiliki utang sebesar Rp 2,5 triliun.
Utang sebesar itu mereka dapat setelah menyewa pesawat Airbus dari International Lease Finance Corporation (ILFC) untuk angkutan haji.
Celakanya mereka tak mampu bayar biaya sewa itu.
3. Amplop Jaya
Perusahaan pembuatan amplop, Royal Standard (RS) Group yang membawahi Ampol Jaya juga kolaps.
Hal ini setelah Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada Selasa, (6/3) menyatakan Ampolp Jaya memiliki utang senilai Rp 333 miliar.
Utang sebesar itu di dapat dari 18 kreditur dari total Rp 1,258 triliun beban tagihan RS Group dari 23 kreditur.
RS Group sendiri ialah perusahaan yang bergerak di bidang commercial printing.
Produk yang paling familiar di masyarakat Indonesia ialah amplop dan buku merek Jaya.(*)