"Kru bangun jam 3 pagi. Jadi kemungkinan, itu apakah situation awareness itu berkurang? Kalau berkurang mari kita sama-sama, kita perbaiki sistem itu. Minimum tidak terjadi kecelakaan di pagi hari," kata Stephanus.
Dalam acara tersebut, Stephanus juga menyebut bahwa Lion Air JT-610 sempat naik turun sebelum akhirnya mengalami kecelakaan di perairan Karawang.
Namun menurut Stephanus, hal ini tidak masuk akal.
Baca Juga : Pasca Peristiwa Pesawat Lion Air Jatuh, Maskapai Ubah Warna Platform Media Sebagai Bentuk Duka Cita
Stephanus menyebut bahwa kecepatan Lion Air JT-610 membuat dirinya berpikir bahwa ada sesuatu yang tidak normal dan harus segera diatasi.
"Tetapi ada sesuatu yang tidak masuk akal, yaitu kecepatannya. 340 Pak. Waduh, kuping (telinga) aja kalau saya dengan speed (kecepatan) 400 (bisa) mendengung. Mestinya ada sesuatu yang tidak normal, yang sesegera mungkin harus diatasi. Baru naik baru turun," ujar Stephanus.
Mantan pilot itu kemudian mengatakan bahwa kejadian ini mirip dengan kasus kecelakaan Air Asia QZ 8501 yang jatuh pada Desember 2015 lalu.
Baca Juga : Lion Air Jatuh, Proses Identifikasi DNA Potongan Tubuh Korban Butuh Waktu 4 Sampai 5 Hari
Source | : | YouTube,kompas |
Penulis | : | Irene Cynthia Hadi |
Editor | : | Irene Cynthia Hadi |