Laporan Wartawan Grid.ID, Agil Hari Santoso
Grid.ID - Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November tiap tahunnya, tidak hanya identik dengan sosok Bung Tomo, tapi ada pahlawan lainnya seperti Moestopo, Mayjend Sungkono, HR Mohammad Mangoendiprodjo, dan Abdul Wahab.
Mendekati Hari Pahlawan yang jatuh pada Sabtu (10/11/2018), kita harus mengetahui sosok pahlawan-pahlawan tersebut, salah satunya adalah Moestopo.
Moestopo, menjadi salah satu sosok yang berjasa saat Pertempuran Surabaya yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Baca Juga : Hari Pahlawan: Mengenal 7 Jejak Pertempuran Para Pahlawan 10 November
Simak fakta-fakta tentang sosok Moestopo berikut ini.
1. Putra Kediri
Moestopo lahir di Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur, pada 13 Juni 1913.
Mengutip Surya.co.id, Moestopo merupakan putra keenam dari delapan bersaudara.
Ayah Moestopo adalah pensiunan Wedana bernama Raden Koesoemo Winoto, sedangkan ibunya bernama Indoen Soekijah.
Baca Juga : Hari Pahlawan : Kisah Cinta Bung Tomo dan Sulistina yang Bertemu di Kala Perang
2. Bapak Ilmu Kedokteran Gigi Indonesia
Awalnya Moestopo merupakan seorang dokter gigi.
Mengutip Pahlawancenter.com, Moestopo menjadi dokter gigi setelah menempuh pendidikan STOVIT (Sekolah Dokter Gigi), yang ia selesaikan pada tahun 1937.
Moestopo juga sempat bekerja di STOVIT sambil membuka praktik sendiri.
Baca Juga : Hari Pahlawan: Mengenal Jembatan Merah, Saksi Bisu Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
Moestopo bahkan pernah diangkat sebagai Wakil Direktur STOVIT sebelum masa kependudukan Jepang.
Setelah perang berakhir, Moestopo diangkat menjadi Kepala Kesehatan Gigi Angkatan Darat.
Pada tahun 1958, Moestopo dijadikan Pembantu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan diberi jabatan Pembantu Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) pada tahun 1961.
Ia juga mendirikan Yayasan Universitas Prof. Dr. Moestopo yang menaungi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) di Jakarta.
Baca Juga : Hari Pahlawan: Menilik Kondisi Terkini 4 Titik Lokasi Pertempuran di Surabaya Pada 10 November 1945
3. Bergabung ke Satuan Peta
Pada masa pendudukan Jepang, Moestopo mengikuti pelatihan tentara Pembela Tanah Air (Peta).
Berkat pelatihan itu, Moestopo diangkat menjadi Daidanco (Komandan Batalion) di Gresik, Jawa Timur.
Namun, satu hari setelah Indonesia merdeka, yakni pada 18 Agustus 1945, kesatuan Peta dibubarkan, termasuk kesatuan yang dipimpin Moestopo.
Baca Juga : Hari Pahlawan: Menilik Kondisi Terkini 4 Titik Lokasi Pertempuran di Surabaya Pada 10 November 1945
4. Membentuk Badan Keamanan Rakyat
Setelah Peta dibubarkan dan senjatanya dilucuti, Moestopo membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jawa Timur.
Ia juga mengangkat dirinya sendiri sebagai Menteri Pertahanan At Interim Republik Indonesia.
Hal ini ia lakukan agar dapat berunding dengan Komandan Tentara Sekutu dan Pimpinan Militer Jepang.
Baca Juga : Hari Pahlawan 2018 : Ternyata Maia Estianty dan 3 Seleb Berikut adalah Keturunan Pahlawan Indonesia
5. Merebut Senjata Jepang
Pada tanggal 1 Oktober 1945, markas besar Jepang dikepung oleh para pemuda.
Khawatir jika sikap pemuda menyerang markas Jepang akan mendatangkan akibat yang buruk, Moestopo akhirnya mengambil alih.
Ia meminta pemuda untuk menunda serangan, dan langsung menemui Mayor Jenderal Iwabe.
Didepan Mayor Jenderal Iwabe, ia meminta dengan baik-baik agar pihak Jepang menyerahkan senjata mereka ke pihak Indonesia.
Pihak Jepang yang khawatir akan sekutu, langsung diyakinkan oleh Moestopo.
Moestopo akhirnya mendapatkan senjata Jepang setelah mengatakan bahwa dirinya akan bertanggung jawab kepada pihak sekutu.
Baca Juga : Hari Pahlawan : 73 Tahun Berlalu, Begini Kondisi Hotel Yamato Sekarang Tempat Dirobeknya Bendera Belanda
6. Dijuluki Pemberontak Oleh Bung Karno dan Bung Hatta
Mengutip Tribun Jatim, Moestopo sempat dijuluki pemberontak oleh pemimpin Republik Indonesia yang pertama, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.
Pasalnya, Moestopo sangat menentang pendaratan pasukan Inggris di Surabaya, walau sebelumnya sudah diminta Presiden Soekarno agar pihak sekutu tidak dihalang-halangi.
“Memang, lebih baik berontak mati dalam perjuangan daripada dijajah bangsa asing lagi,” ujar Moestopo kepada Bung Karno dan Bung Hatta di Surabaya sebelum perang meletus, dikutip dari buku Pertempuran 10 November 1945 yang telah dilansir oleh Surya.
7. Membuat Pasukan Inggris Terdesak
Sebelum pasukan Inggris mendarat, Moestopo sempat melakukan perundingan terlebih dahulu dengan Komandan Inggris, Brigjen Mallaby.
Hasil perundingan mengatakan, Inggris boleh menempati daerah pelabuhan.
Namun kesepakatan tersebut langsung dilanggar satu hari setelahnya.
Akhirnya, terjadilah pertempuran besar pada tanggal 28 dan 29 Oktober 1945, yang akhirnya membuat pasukan Inggris terdesak.
Baca Juga : Selamat Hari Pahlawan 2017, Tema Perayaan Tahun Ini Unik Lho, Bakal Ada. . . .
8. Mendapatkan Gelar Pahlawan
Mayor Jenderal Pur. Prof. Dr. Moestopo meninggal dunia pada tanggal 29 September 1986 di Bandung, Jawa Barat.
Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.
Moestopo diberi penghargaan Bintang Mahaputra Utama RI.
Pada November 2007, Gelar Pahlawan Nasional diberikan oleh Pemerintah RI kepada Moestopo, seperti yang tertulis di Keputusan Presiden RI Nomor : 068/TK/Tahun 2007 tanggal 6 November 2007. (*)
3 Shio Dapat Saran Penting Hari Ini 30 November 2024, Jangan Sungkan Menolong Orang Lain!
Source | : | Surya,Tribun Jatim,Pahlawancenter.com |
Penulis | : | Agil Hari Santoso |
Editor | : | Agil Hari Santoso |